Padahal, siapa yang untung? Tentu bukan saya. Bayi saya belum bisa protes, tapi dompet saya sudah menjerit.
Saya jadi mikir, apakah kapitalisme ini sekejam itu? Sampai bayi yang belum bisa bicara pun dijadikan target pasar. Dari popok, susu, minyak telon, sampai tisu basah. Semua dikemas sedemikian rupa, dibungkus rasa cemas, dilabeli promo.
Dan saya, bapak-bapak yang sok rasional, ternyata ikut juga dalam arus itu.
Tapi ya sudahlah. Tisu basah ini masih berguna. Setidaknya, kalau bukan untuk bayi, bisa dipakai buat bersihin layar HP. Atau bersihin debu di dashboard motor. Atau... ya, setidaknya, bisa buat lap air mata kalau gaji habis sebelum tanggal muda.
Besok, kalau saya kembali ke minimarket dan melihat promo beli 1 gratis 1, saya sudah tahu jawabannya. Gratis itu ilusi. Tapi kadang, ilusi itu juga yang bikin kita bertahan hidup.
Dan mungkin, kalau kasirnya masih sama, saya bakal tanya lagi: 'Mas, ada promo beli 1 gratis 1 buat rasa bahagia?'
Saya yakin, dia bakal jawab: 'Bahagia nggak ada di rak, Pak. Adanya di hati.'
Sialan, dalam banget.
***
Makassar. 28/04/2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI