Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mari Bersepakat, Banyak Kontemplasi Hidup Kita Temukan Saat Buang Air Besar

29 Januari 2020   13:01 Diperbarui: 2 Februari 2020   19:42 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Ide-ide besar tak selalu lahir di bangunan-bangunan perkuliahan, sebagaimana ilmu adalah cahaya maka tentu cahaya bisa saja bersinar di mana saja. Iya kan? Iya kan? iya kan aja.

Bahkan banyak penemuan-penemuan yang berpengaruh di zaman yang dihantui perubahan iklim ini dan virus-virus termasuk virus mencaci maki orang lain, itu berasal dari hal-hal yang tidak disengaja, sampai dapat dimaknai menjadi ide-ide brilian yang dapat bermaslahat dari abad ke abad.

Tidak terkecuali ketika sedang pup atau Buang Air Besar (BAB), entah di toilet kampus, di tepian sungai, di toilet bandara, toilet masjid, toilet minimarket, dan toilet warkop.

Pada saat-saat itulah ternyata semesta bekerja untuk meciptakan inspirasi-inspirasi, bukan hanya ketika kita menyeduh segelas kopi tapi juga ketika menikmati hajat untuk ditunaikan dengan gaya jongkok maupun duduk.

Tapi kadang hal tersebut kita tak sadari, bahwa banyak keputusan-keputusan yang sangat berarti dalam hidup kita, itu kita temukan dari sebuah kontemplasi yang secara otomotis berjalan di sela-sela durasi kita membuang air besar.

Coba diingat-ingat saja, saat kita membuang air besar, di tengah kedamaian dalam WC, di tengah penjiwaan kita untuk memaksanya keluar, di tengah ketenangan kita merasakan alurnya, di saat itu pula pikiran dan perenungan kita akan melayang jauh, jauh menembus awan dan langit, bintang-bintang, dan angkasa. namun tak lak lama kemudian harus jatuh kembali ke sadisnya penolakan gebetan.

Entah perenungan kita akan realita yang telah kita lalui dalam beberapa hari yang lewat, atau ekspektasi kita yang akan kita raih dalam beberapa pekan yang akan datang. Semua perenungan tersebut kita kerjakan secara alamiah dalam balutan bau pengembaraan menuju sebuah kebenaran tentang hal konstruktif yang seharusnya kita lakukan segera.

Sampai pada titik tertentu, dari perenungan tersebut kita mencapai titik balik yang dapat memberi gambaran umum maupun khusus untuk melihat arah yang lebih jernih dalam hidup.

Kontemplasi-kontemplasi yang kita lakukan saat membuang air besar, mungkin hanyalah sekadar manipulasi alam bawah sadar kita untuk mengisi kesenggangan pikiran dalam konstrasi membuangnya.

Akan tetapi diakui atau tidak, kontemplasi tersebutlah yang kadang lebih banyak berpengaruh ketimbang seminar-seminar jomlo berlabel akhi wa ukhti motivasi bagi kompleksitas-kompleksitas hidup kita yang terus bertambah.

Sebab kontemplasi tersebut lebih bisa kita tempatkan konteksnya pada diri kita, daripada tips-tips motivasi yang bisa jadi konteksnya hanya sesuai pada diri sang pemberi motivasi.

Jadi pertanyaannya, saat kita nikmati masa-masa kita saat membuang air besar adalah bisa termasuk sebagai sebuah meditasi?

Yah tentu. Tapi asal jangan BAB yang sembelit, yang rasa-rasanya semakin kita paksakan semakin anu juga--semakin membutuhkan energi ekstra. Haha.

Kontemplasi-kontemplasi tersebut bisa termasuk bagian dari meditasi, yang durasi BAB kita anggaplah rata-rata 5-10 menit (tergantung bagaimana kita mau lama menikmati "sensasinya"). Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tim peneliti di Universitas Waterloo, Kanada, mendapatkan jika secara konsisten bermeditasi 10 menit saja, hasilnya akan sangat signifikan.

"Tidakkah akan menarik melihat pengaruhnya jika meditasi diterapkan dan dilatih pada populasi yang sekarang ini kerap dilanda kecemasan. Sepuluh menit untuk mendapatkan fungsi kognitif yang lebih baik," ungkap peneliti Mengran Xu (dilansir dari cnnindonesia.com).

Dari penelitian tersebut jelas bahwa meditasi dalam hal ini kontemplasi yang kita tak sadari ketika BAB yang dilakukan selama 10 menit dalam sehari dapat meningkatkan tingkat kognitif yang pada ujungnya akan meningkatkan konsentrasi kita dalam seharian, yang dampaknya secara umum dapat mempangaruhi produktivitas kita dalam menjalani aktivitas-aktivitas sehari-hari.

Betapa ternyata kontemplasi yang kita laksanakan dalam wujudnya yang jorok (buang air besar) dalam anggapan kita, adalah manifestasi yang tak disadari telah berbuat banyak bagi alasan kita untuk tetap ada dalam hidup ini.

Jadi mari bersepat berjemaah bahwa banyak kontemplasi hidup yang kita temukan saat BAB, kalo nda mauki' sepakat, sayamo saja palee (kalau tidak mau sepakat, saya saja). Hehehe

Selamat berbahagia dan tersenyumlah selalu, Mysweetie~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun