Mohon tunggu...
pieta dhamayanti
pieta dhamayanti Mohon Tunggu... pacarkecilku.com -

Hidup kita adalah sajak paling sendu dari Tuhan. Fotografi membuatnya nampak romantis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Kucumbu Tubuh Indahku", Mengungkap Tragedi '65 dan Homoseksual dalam Tradisi Indonesia

20 April 2019   15:20 Diperbarui: 20 April 2019   15:32 8097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Kucumbu Tubuh Indahku

Film Kucumbu Tubuh Indahku dibagi dalam 3 (tiga) periodesasi: Juno kecil, Juno remaja dan Juno dewasa. Juno atau Wahyu Arjuno adalah tokoh utama, narator bagi perjalanan film ini dari awal hingga akhir.

Film ini dibuka dengan adegan Juno kecil masuk ke hutan mencari lubang jangkrik. Lubang dan jangkrik. Awalnya tersurat, kemudian tersirat. Lubang dan jangkrik menjadi simbol-simbol yang terus dimunculkan oleh Garin hingga film berakhir.

Jangkrik yang rasanya gurih saat digoreng itu, menjadi konsumsi umpatan bagi masyarakat Jawa. Kata "jangkrik" lebih sering digunakan ketimbang umpatan "asu", karena jangkrik dirasa lebih halus daripada anjing oleh nilai sosial. Meskipun dua duanya adalah makian. Bahkan, mengumpat saja mengenal strata sosial.

Lubang menjadi simbol yang paling banyak diexplore oleh film ini. Anda bisa melihat ekspresi penuh hasrat dari Juno kecil saat pertama kali oleh Guru Tari Lengger (Sujiwo Tejo) ditunjukkan "lubang kehidupan" yang hanya dimiliki oleh perempuan.

Kelak, hasrat menjadi elemen penting dalam kehidupan Juno. Tapi hasrat bisa berubah menjadi simalakama jika tak terkendali. Hasrat mengenalkan Juno pada trauma tubuh dan darah. Trauma yang terus dibawanya hingga kemudian hari.

Dalam kehidupan Juno kecil bersama buliknya (Endah Laras) Anda akan merasakan cita rasa Bulan Tertusuk Ilalang (1994) hadir di diri Juno. Upaya menjadi "normal" hadir seiring rasa sakit pada tubuh. Ejakulasi melalui trauma jarum hadir beberapa kali untuk menguatkan konflik dalam diri.

Lucunya, adegan Juno kecil memasukkan jari ke anus ayam lebih mengingatkan saya pada tokoh Enrico dalam buku "Cerita Cinta Enrico" karya Ayu Utami. Kisah Enrico kecil yang kehilangan keperjakaan pada anus ayam sungguh menggelitik. Juno yang beberapa kali melakukan Anal Fisting pada anus ayam adalah simbol hasrat yang lain.

Hasrat Juno tidak berhenti di sini saja. Lubang kehidupan hadir bersama sumber kehidupan yang lain, yaitu payudara. Bersama Ibu Guru Tarinya, Juno mengexplore hasrat yang lain.

Kehidupan Juno remaja bersama Pakdhe tumbuh dengan "normal", hingga Juno bertemu dengan seorang petinju (Randy Pangalila). Scene demi scene beralih ke tone romantis. Sentuhan pertama, kecupan pertama, mata yang penuh hasrat, gairah yang menggebu semua diutarakan dalam bahasa tubuh. Bukan hanya Juno, Anda pun akan dibuat mabuk kepayang oleh Garin.

Pencarian diri akhirnya mempertemukan kembali Juno dengan penari Lengger Lanang, tarian tradisional dari Banyumas. Ingatan Juno akan masa kecil belajar menari Lengger bersama Sujiwo Tejo, hadir dalam tubuh yang masih bisa mengingat gemulai gerak tarian Lengger.

Selama proses ini, sebenarnya Garin sedang menumbuhkan kembali ingatan kolektif kita tentang tragedi PKI 1965 dan homophobia yang terjadi di daerah Banyumas yang hari ini menghabisi kehadiran Lengger Lanang dalam tradisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun