"Nyatanya, storytelling yang dibawakan oleh pebisnis mampu mengubah jalan emosi para konsumen."
Dalam dunia bisnis, strategi storytelling tidak bisa dikesampingkan. Baik itu konsumennya adalah mereka yang profesional maupun yang awam, masing-masing darinya menyukai cerita sebuah brand/produk.
Ya, meskipun beberapa orang sudah mengetahui legalitas dan kualitas produk melalui situs resmi serta promosi yang bertajuk hard selling, hal tersebut belum tentu mampu mendulang "action" berupa pembelian produk.
Paling-paling, bagi calon konsumen yang penasaran akan rela japri-japrian, tanya-tanya produk, lalu nge-ghosting tanpa sempat closing. Hemm. Biasalah, ya. Dunia bisnis memang seperti itu.
Makanya sekarang banyak brand bisnis mencoba pedekate dengan konsumen melalui soft selling. Sederhananya "promosi tanpa promosi", yaitu situasi di mana seorang pebisnis sedang promosi, namun calon pelanggan tidak merasa bahwa mereka sedang ditawari produk.
Lalu, bagaimana sebenarnya kekuatan storytelling marketing dalam membangun personal branding seorang pebisnis?
Pedekate dengan Storytelling Marketing
Kata kunci sederhana yang bisa mewakili kutipan di atas adalah "menceritakan cerita/kisah" kepada calon konsumen agar mereka menaruh perhatian terhadap sebuah brand.
Sebenarnya tidak sekadar perhatian, sih, storytelling marketing pula bakal menjadikan pesan lebih mudah dimengerti, dan jika cerita itu berupa tulisan, maka tulisannya akan lebih hidup bin menarik untuk dibaca.
Pertanyaannya sekarang, storytelling seperti apa yang menarik bagi audiens?