Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Lebih "Menantang" Menjemput Jodoh Sendiri daripada Dijodohkan

23 Mei 2021   18:59 Diperbarui: 23 Mei 2021   20:51 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta atau sayang tidak mungkin datang dari satu pihak. Gambar oleh Jhonatan_Perez dari Pixabay 

O ya, kembali berkisah tentang jodoh, rasanya hari ini selalu lebih menantang menjemput jodoh sendiri daripada dijodohkan. Jujur saja, terkadang kegiatan jodoh-menjodohkan itu malah membuat jengkel bin kesal pelaku utamanya.

Bagaimana tidak kesal, sejak kapan perasaan suka dan cinta itu bisa dipaksakan. Jadi, boro-boro berkisah tentang pernikahan, menebar rayuan pun enggan. Eaaaa!

Cinta atau sayang tidak mungkin datang dari satu pihak. Gambar oleh Jhonatan_Perez dari Pixabay 
Cinta atau sayang tidak mungkin datang dari satu pihak. Gambar oleh Jhonatan_Perez dari Pixabay 

Ibarat peribahasa tepuk sebelah tangan tidak akan berbunyi, sejatinya perasaan cinta atau sayang tidak mungkin datang dari satu pihak semata.

Jadi, ya, biarpun bagaimana ngebetnya mau menjodohkan, si jomlo yang menolak tetap akan jinak-jinak merpati, tapi ketika sudah dekat terbanglah ia. Kalo kata Bu Yana: Awokawokawokwk.

Sekali lagi kukatakan, bahwa hati seseorang tidak bisa dipaksa. Memang benar bahwa semakin sering berjumpa, semakin kenal, maka semakin besar peluang untuk saling memahami dan saling cinta. Namun, teori tersebut para praktiknya tidak bakal sesempurna itu.


Psikolog Anak, Anna Surto Ariani menerangkan bahwa beberapa orang tua yang menjodohkan anak zaman sekarang karena sangat ingin anak mendapat pasangan yang sesuai kriteria orang tua.

Hanya saja, yang menikah kan bukan orang tua, melainkan anaknya? Nah lho, berarti kriteria calon istri/suami tidak selalu seirama dengan kriteria orang tua sebagai camer. Atau begini; kriterianya mungkin masih sama, tapi calonnya bukan si dia.

Maka dari itulah dikatakan bahwa lebih menantang menjemput jodoh sendiri daripada dijodohkan.

Tapi kalau dijodohkan dan kemudian cocok bin sehati? Ya sudah. Tak perlu kita memperpanjang kisah ini.

Ketika seseorang menjemput jodoh sendiri, dirinya bisa jadi bakal diterpa sejumput rasa putus asa, rasa digantung seraya menunggu kepastian, sulitnya meyakinkan calon mertua, hingga memperbaiki diri supaya dicap "pantas" menjemput.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun