Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Kampus Mengajar? Aduhai, Entah Mengapa Saya Malah Pesimis

12 Februari 2021   21:46 Diperbarui: 12 Februari 2021   22:05 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peluncuran Kampus Mengajar (9/2/2021). Dok. YouTube Kemendikbud RI

Sebagai pembanding tambahan, Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Fahrizal Martha Tanjung saja pernah berkisah bahwa mahasiswa PPG yang jelas-jelas sudah S-1 masih kesulitan mengajar di sekolah karena kondisi di lapangan yang beragam dan kompleks.

"Itu di PPG saja masih terjadi. Lalu kalau (mahasiswa Kampus Mengajar) dengan waktu (pelatihan) seminggu, terlalu naif lah kita berharap bisa membawa perubahan di dalam konteks pembelajaran di ruang kelas," begitu terangnya pada Rabu (10/02/2021).

Nah, lagi-lagi terpaksa harus kita katakan bahwa harapan program Kampus Mengajar terlalu tinggi kepada mahasiswa.

Ketiga, Derajat Fokus Mahasiswa/i Bakal Naik Turun

Alasan ketiga mengapa saya pesimis bahwa program Kampus Mengajar tidak bakal sukses adalah karena derajat fokus mahasiswa nantinya tidak akan penuh.

Bayangkan saja, mahasiswa minimal sudah semester 5, berarti nanti yang calon peserta yang bakal mendaftar adalah mereka yang duduk di semester tinggi. Mungkin semester 6 dan 7 juga bakal ikut. Syahdan, dikhawatirkan muncullah gejolak pikir seperti berikut ini:

"Sebenarnya aku ingin sih ikut program Kampus Mengajar, tapi bagaimana dengan nasib skripsiku? Mungkinkah dia masih baik-baik saja?"

Wajar, kan. Namanya juga mahasiswa. Bahkan saya dulu saat mengikuti PPL sempat beberapa kali izin dengan guru piket demi bertemu dosen pembimbing. Secara, sehabis PPL saya harus cepat-cepat daftar ujian skripsi.

Jika tidak? Ya bayar SPP lagi. Hemm. Memangnya mudah cari duit? Susah.

Alhasil, bersandar dari sini saja sudah muncul praduga bahwa mahasiswa yang bakal mengajar di SD 3T derajat fokusnya bakal naik turun. Apalah arti mengajar dengan durasi 12 minggu.

Hanya 3 bulan, paling-paling 1 bulan penuh bakal digunakan untuk membuat laporan. Perangkat pembelajaran? Itu laporan awal. Laporan mengajar, laporan akhir? Belum lagi kalau ada juga tugas kampus. Kan kasihan mahasiswa. Mereka kan ingin segera lulus.

Keempat, Buang-buang Uang

Seperti yang sudah diterangkan di awal tulisan ini, ada sederet insentif yang bakal direngkuh andai mahasiswa lolos seleksi dan berpartisipasi dalam program Kampus Mengajar.

Ya, tiap mahasiwa bakal mendapatkan uang saku senilai 700/bulan sekaligus bantuan UKT hingga Rp2,4 juta. Jika jumlah kuota peserta adalah 15ribu orang, maka butuh dana senilai Rp67,5 miliar untuk mendanai program.

Hemm. Bayangkan saja, hanya 3 bulan mengajar tapi dana yang digelontorkan sudah sebanyak itu. Tambah lagi, program ini salah utusan pula. Alhasil, sama saja pemerintah sedang buang-buang uang untuk hasil yang masih sekadar angan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun