Semua orang punya mimpi, kan? Tentu saja. Tak ada alasan, tak ada peraturan, juga tak ada undang-undang yang sibuk mengatur impian seseorang. Biarpun itu UU Ciptaker sekalipun.
Mimpi barangkali hanyalah bunga tidur, tapi bagi orang-orang tertentu, mimpi adalah awal dari perubahan diri.
Masuk akal, kan? Sederhananya, ketika aku atau kamu sedang bermimpi tentang kesuksesan di suatu malam. Esok harinya kita langsung bangun, dan seiring dengan terbitnya matahari, motivasi kita bertumpah-ruah gara-gara ingin sekali menggapai mimpi yang begitu indah.
Nah, kalau sudah begitu. Bukankah di masa depan kita hanya akan menjemput hasil dari sebuah impian? Begitulah. Hasil yang diraih jarang ada yang mengkhianati usaha. Dalam artian, semakin gencar usaha yang dilakukan, maka semakin dekatlah jarak antara impian dan kenyataan.
Maka dari itu, tiap-tiap diri jangan berhenti untuk bermimpi. Kalau terhenti sebuah mimpi, bisa jadi terhenti pula sebuah motivasi.
Hanya saja, permasalahannya saat ini adalah, berapa banyak orang yang mampu meningkatkan derajat mimpinya menjadi aktualisasi? Atau, jangan-jangan, mimpi-mimpi yang datang di setiap malam hanyalah khayal sementara?
Kalau itu mimpi buruk, okelah, ya. Tapi kalau yang hadir di pelabuhan angan adalah mimpi tentang kebaikan, tentu saja rugi untuk kita biarkan berlalu, bukankah begitu?
Semisal, aku dan kamu punya impian kuliah hingga sarjana strata III. Mimpi ini kita anggap menarik karena peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan prospek cerah semakin terbuka. Lalu, apakah mimpi ini tega kita biarkan untuk berlalu? Sayang, kan.
Nah, dari sini, kita perlu meningkatkan derajat mimpi menjadi aktualisasi. Alasannya sederhana, yaitu, agar mimpi-mimpi indah kita bisa menjadi kenyataan.
Tulis Mimpimu dengan "Terang"
Biasanya, tiap-tiap orang selalu mengingat mimpinya. Apalagi kalau mimpi tersebut menjurus kepada kebaikan. Tak cukup sampai di situ, impian-impian indah juga sering diceritakan seseorang kepada teman, sahabat hingga orang tuanya. Dari sana, mereka akan mendapat kiriman doa.