Ketika diri sendiri rajin membaca Al-Qur'an, secara otomatis orang-orang di sekitarnya akan menaruh perhatian. Kalaupun tidak membaca, terlebih dahulu mereka akan mendengar. Setelahnya?
Insyaa Allah, dan semoga Allah curahkan hidayah agar orang terdekat kita ikut rajin membaca Qur'an. Kalau sudah rajin membaca? Mudah-mudahan, lama-lama para pembaca Qur'an jadi mencintai pedoman hidup bagi umat manusia ini.
Tanpa adanya keteladanan orang tua dalam membaca Qur'an secara rutin, maka akan beratlah usaha untuk menyuruh anak rajin-rajin baca Qur'an.
Sederhananya, kita menyuruh orang berbuat baik, tapi kita sendiri tak pernah mau melakukannya. Hal ini sangat dibenci oleh Allah, sebagaimana yang tertuang dalam Qur'an Surah As-Saff ayat 2-3. (Sengaja tidak saya hadirkan di sini. Silakan langsung buka Qur'an-nya, ya.)
Kedua, Ciptakan Suasana Cinta Qur'an dalam Rumah
Tip kedua agar anak-anak kita rajin baca dan mencintai Al-Qur'an adalah dengan menciptakan suasana cinta Qur'an di dalam rumah.
Sungguh, ini fakta, loh! Kalau tidak percaya, mari kita ingat-ingat lagi bagaimana efek kehadiran murottal Qur'an yang diisi oleh Qori' Syaikh Muhammad Taha Al Junaid, Abdurrahman as-Sudais, Shaikh Mishary Rashid Ghareeb Mohammed Rashid Al-Afasy, Muzammil Hasballah dan lainnya.
Semenjak masyarakat akrab dengan murottal, lantuan ayat suci nan indah ini selalu disuarakan di speaker tiap-tiap masjid. Efeknya, tidak sedikit dari kita yang ikut melafazkan ayat yang kebetulan kita hafal, walaupun keadaan kita saat itu sedang dalam perjalanan.
Nah, bagaimana efeknya jika rumah kita yang sering disetel murottal Qur'an, bukankah kesempatan untuk membiasakan anak membaca dan mencintai Al-Qur'an semakin besar? Tentu saja.
Suasana dan kegiatan rutin di rumah biasanya akan berdampak kepada kebiasaan, bahkan karakter anak-anak kita.
Sederhananya, kalau suasana di rumah tiap hari diwarnai dengan memutar musik-musik "unfaedah", maka keluarga di rumah perlahan juga akan mencintai "ke-unfaedahan" itu. Semoga tidak, ya.
Daripada menciptakan suasana rumah layaknya kuburan (sepi tanpa lantunan ayat Qur'an), mendingkan kita gelar tikar, duduk bersama di ruang keluarga, kemudian membaca Qur'an secara jahr alias keras (terdengar bacaannya, bukan teriak-teriak enggak keruan, ya).
Lha, mengapa kok tidak baca Qur'an secara sirr (rendah, bibir masih bergerak tapi hanya bisa terdengar oleh dirimu sendiri) saja? Jangan, dong.