Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dear Guru, Inilah 3 Prinsip Motivasi Belajar yang Perlu Kita Ketahui

26 September 2020   20:38 Diperbarui: 29 September 2020   12:10 1658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Memahami prinsip motivasi belajar siswa. Gambar oleh 14995841 dari Pixabay

"Belajar tanpa adanya motivasi, memang bisa?"

Bohong besar agaknya bila ada guru maupun siswa yang berkoar-koar bahwa belajar itu tak butuh motivasi. Jangankan soal belajar, kegiatan tidur pada malam hari saja perlu dimotivasi oleh rasa kantuk. Bahkan, saking ngebetnya mau tidur, seseorang rela tak minum kopi di malam hari.

Dan saya kira, aktivitas belajar siswa juga demikian. Entah sistem belajarnya daring maupun luring, siswa tetap butuh motivasi untuk belajar. Seorang siswa mungkin punya minat yang menggunung, tapi tanpa adanya motivasi, minat tadi akan susah meletus dan berapi-api.

Lha, memangnya motivasi itu apa?

Menilik dari KBBI, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Karena konteks pada tulisan ini adalah belajar, maka tujuan dari dorongan alias motivasi adalah, agar anak rela untuk belajar.

Tapi, jangan salah! Tidak semua orang mampu memberikan motivasi yang "ngena" kepada orang lain. Guru juga begitu. Tidak semua guru mampu mendorong siswanya untuk mencintai kegiatan belajar. Mengapa demikian?

Memotivasi itu tak selalu merupakan perkara receh karena yang dilibatkan adalah unsur jiwa dan raga. Maka dari itu, sebagai seorang guru, kita perlu untuk mengenal terlebih dahulu seperti apa prinsip-prinsip motivasi belajar siswa.

Kalau sudah kenal, barulah kemudian guru bisa memilih strategi yang tepat untuk memotivasi siswanya demi kesuksesan pembelajaran. Apa saja prinsipnya?

Kebetulan jelang tamat S1 kemarin saya sempat meracik skripsi tentang motivasi belajar. Jadi, saya bagikan saja di sini, ya.

Pertama, Motivasi adalah Mesin Penggerak Kegiatan Belajar

Ketika kita datang ke sebuah bengkel untuk memompa ban kendaraan di pagi hari, biasanya salah seorang montir akan menyalakan mesin kompresor angin terlebih dahulu.

Terang saja, kompresor yang belum panas terkadang tak mau memancarkan angin sehingga mesinnya harus dinyalakan dan dibiarkan terus hidup selama beberapa menit.

Ilustrasi air compressor. Gambar oleh Dean Moriarty dari Pixabay 
Ilustrasi air compressor. Gambar oleh Dean Moriarty dari Pixabay 

Kompresornya memang akan menghasilkan angin. Tetapi, tanpa ada kinerja dari mesin penggerak, maka angin yang diharapkan tak akan keluar.

Sama seperti kompresor angin, agaknya kegiatan belajar juga demikian. Siswa mungkin terlihat sedang belajar, tetapi, tanpa adanya motivasi maka belum tentu siswa tadi melibatkan jiwa dan raganya dalam proses belajar.

Untuk melibatkan jiwa dan raga ini, diperlukanlah adanya motivasi sebagai mesin penggerak kegiatan belajar. Siapa yang bisa menggerakkan mesin ini? Tentu saja para guru.

Di sinilah pentingnya kegiatan apersepsi dalam pembelajaran. Sebelum memulai aktivitas belajar, guru tak bisa langsung masuk ke inti materi. Guru perlu terlebih dahulu menyampaikan tujuan belajar dan mengapa kompetensi ajar di hari itu penting untuk dikuasai siswa.

Jika hal ini tidak dilakukan---misalnya guru masuk kelas dan langsung memberi tugas, lalu guru kembali lagi duduk ke ruang guru---maka kegiatan belajar di kelas nyata maupun maya seakan-akan tak punya roh.

Jiwa belajar siswa mengambang entah ke mana, sedangkan raganya hanya berdiam di ruang kelas.

Alhasil, pembelajaran di hari itu jadi kurang bermakna, bukan?

Kedua, Motivasi Intrinsik Lebih "Wow" daripada Motivasi Ekstrinsik

Sekilas, mungkin yang namanya motivasi itu sama saja. Entah siapa yang jadi motivator, entah pengalaman hidup mana yang jadi inspirasi semuanya akan sangat bermanfaat ketika seseorang telah termotivasi.

Jika tidak? Ya, apa boleh buat. Sebukit kata-kata indah, segunung kata-kata mutiara akan jadi kisah "hanya lewat" layaknya postingan medsos yang sempat kita like namun malas untuk dibaca.

Kendatipun demikian, seperti apapun motivasi yang datang dari luar diri seseorang, terkadang sifat lengketnya hanya sementara. Dalam artian, ketika ada motivasi yang lebih mengena dibandingkan dengan hari kemarin, seseorang akan rela mengubah kecenderungan psikologisnya.

Nah, apakah hal ini cukup merugikan? Tergantung, sih. Kalau motivasi yang didapat hari ini lebih baik daripada hari kemarin dan bersifat positif, tak mengapa.

Tapi kalau sebaliknya? Tentu saja rugi. Kecenderungan terhadap hal baik sudah lengket, eh, tiba-tiba motivasinya lenyap!

Saya kira, dalam kegiatan belajar juga begitu. Ketika motivasi belajar siswa datangnya dari luar diri (semisal: guru, teman sebaya, tetangga, orang tua, atau influencer), belum tentu kecenderungan itu akan bertahan lama.

Anggap saja ada siswa yang termotivasi belajar gara-gara guru A. Nah, Bagaimana nanti kelanjutan kisahnya ketika siswa tadi belajar dengan guru Z? Bagaimana pula jika guru A tadi pindah tugas? Alhasil, siswa butuh suntikan motivasi baru, kan?

Maka dari itu, dapat kita katakan bahwa sesungguhnya motivasi intrinsik alias motivasi yang datangnya dari diri siswa sifatnya lebih "wow" alias lebih bermakna dibandingkan motivasi ekstrinsik.

Meski demikian, bukan berarti kita para guru hanya menunggu agar siswa dapat wangsit berupa motivasi intrinsik. Karena bisa jadi siswa akan menumbuhkan motivasi intrinsik dengan menjemput makna yang ada di luar dirinya.

Semisal, dulu di awal-awal belajar, siswa akan semangat bila ada motivasi ekstrinsik berupa pemberian hadiah atau ranking di kelas.

Tapi, seiring sejalan kegiatan belajar itu berlangsung, suatu hari siswa tadi bisa jadi akan menemukan sendiri esensi mengapa ia harus belajar ini dan itu.

Kembali kepada mesin penggerak pada kompresor tadi. Kalau sudah panas, angin dalam tabung sudah tinggal semprot saja, kan. Begitulah, biasa karena terbiasa.

Ketiga, Motivasi Belajar Punya Hubungan Erat dengan Kebutuhan Siswa

Mengapa seseorang butuh makan, ialah karena mereka sedang lapar. Mengapa seseorang butuh jaket di malam hari, ialah karena mereka sedang kedinginan. Dan mengapa seorang siswa mau belajar, ialah karena mereka sedang butuh dengan kegiatan belajar.

Motivasi belajar sesungguhnya punya hubungan erat dengan kebutuhan siswa. Hal ini tak terpungkiri. Makanya sering kita temui ada beberapa siswa yang sangat aktif dengan materi pelajaran A, namun cukup pasif saat belajar materi pelajaran Z.

Saat itu, siswa mungkin tidak butuh dengan pelajaran sehingga perhatian jadi kurang. Lagi-lagi roh belajar melayang entah ke mana. Raga siswa di kelas, namun rohnya mengambang di alam khayal.

Peran guru, bagaimana? Di sinilah pentingnya guru sebagai motivator. Bagaimana agar siswa merasa diri mereka berharga, merasa diri mereka dibutuhkan, dicinta, hingga dihormati, semua itu juga menjadi tugas guru untuk memotivasi.

Ketika siswa sudah menancapkan rasa bahwa ia sedang butuh belajar, maka kegiatan transfer ilmu akan menjadi lebih mudah, lebih mengena, dan lebih bermakna.

Terang saja, terkadang, tidak sedikit kita temui siswa yang datang ke sekolah hanya demi memuaskan rasa aman.

Kalau mereka tak sekolah, bisa-bisa dimarahi oleh orangtua. Nah, peran guru di sini adalah memotivasi siswa agar mereka menaikkan derajat "rasa aman" menuju ke level aktualisasi. Level aktualisasi belajar, seperti apakah itu?

"Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu, banyak sekali. Semua...Semua...Semua dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan...."

Kalo Nobita dalam serial Doraemon yang melanjutkan lirik ini, maka yang mengabulkan kebutuhan adalah "kantong Doraemon." Tapi, kalau guru yang meneruskannya, maka jawabannya adalah "belajar giat."

Dengan belajar giat, apapun keinginan siswa bisa mereka wujudkan. Ditambah dengan doa serta dukungan dari semua pihak, wah, komplit deh. Semakin terbuka jalan kesuksesan sebagai buah dari aktivitas belajar.

Oke, inilah 3 prinsip motivasi belajar siswa yang kiranya perlu dan penting untuk dipahami oleh guru.

Sejatinya, masih banyak banyak prinsip motivasi belajar yang lain. Tapi, 3 prinsip yang disajikan di sini rasanya cukup mewakili bagaimana pentingnya motivasi belajar.

Semoga bermanfaat. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun