Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menanamkan Mindset "Gaya Mengajar Guru adalah Gaya Belajar Siswa"

29 Agustus 2020   06:13 Diperbarui: 29 Agustus 2020   07:43 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh White77 dari Pixabay

Gaya Mengajar Guru Versus Gaya Belajar Siswa

Mengajar dengan banyak gaya, boleh-boleh saja, kan?

Setiap guru punya gaya mengajar tersendiri, dan setiap siswa juga memiliki cara belajar yang beragam. Ini adalah salah satu bukti bahwa sesungguhnya karakter jiwa pembelajar itu sungguhlah kaya.

Kadang, ada karakter mengajar guru yang begitu menonjol dan disenangi oleh anak-anak didiknya. Misalnya guru itu mampu menciptakan pembelajaran yang menarik, aktif, kreatif, dan menghibur. Ujung-ujungnya, siswa akan jatuh cinta kepada guru yang seperti ini.

Ketika cinta siswa ini bertumbuh, suatu saat siswa akan beranggapan bahwa dirinya mau menjadi guru yang penuh cinta. Alhasil, gaya mengajar guru ia ingat betul dalam relung nostalgia sembari ia menggapai cita-cita, yang mungkin saja itu adalah menjadi guru.

Sebaliknya, siswa juga demikian. Berbeda siswa, maka berbeda pula karakternya. Banyak siswa pendiam, tapi tidak sedikit pula siswa yang mampu mencairkan suasana di kelas. Entah siswa itu suka nyeletuk, suka melempar humor, atau bahkan malah blak-blakan mengungkapkan isi hatinya.

Memanfaatkan situasi yang seperti ini, sebenarnya guru bisa mencontoh dan memetik karakter siswa untuk kemudian ia terapkan di kelas. Belajar dari pengalaman siswa, tak masalah kan?

Tentu saja, sebagai seorang pembelajar terlebih lagi di era milenial, seorang guru bebas dan merdeka untuk belajar bersama siapa saja. Guru bukan lagi satu-satunya pusat pembelajaran dan keilmuan. Malahan, gurulah yang perlu lebih aktif untuk menjadikan siswa sebagai mitra belajar.

Maka dari itulah, ketika kita tilik lebih dalam, maka sesungguhnya ada hubungan yang intens antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Perbedaan kelakuan siswa di kelas yang lamban menangkap pelajaran, suka ribut dan rusuh biasanya berbanding lurus dengan gaya guru.

Barangkali waktu itu siswa gagal paham terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Barangkali anak itu gagal merasakan dampak ajar yang maknanya sudah dituangkan oleh guru. Serta, berbagai barangkali yang lainnya.

Termasuk juga dengan pembelajaran jarak jauh hari ini. Adanya kebosanan yang sempat singgah di relung pikir dan perasaan anak-anak agaknya berbanding lurus dengan gaya maupun metode ajar guru.

Entah itu daring, luring hingga blended learning, kalau gaya guru membosankan maka anak juga akan ikut bosan. Bosan ketemu bosan, apakah mereka bisa jadian? Ah, paling-paling jadi bosan kuadrat, alias kejenuhan. Hahaha

Menanamkan Mindset Bahwa Gaya Mengajar Guru adalah Gaya Belajar Siswa

Di saat santai pada pagi hari ini, saya sempat membaca buku berjudul "Menjadi Guru Profesional" karyanya Prof. Suyanto, Ph.D dan Drs. Asep Jihad, M.Pd. Saya menemukan sesuatu yang menarik di sini, terutama hal yang berkaitan dengan gaya ajar guru versus gaya belajar siswa.

Ialah sebuah visualisasi yang ditulis oleh Bobbi DePorter bahwa proses pembelajaran itu sama halnya dengan keadaan diri yang berada di ruangan gelap gulita.

Ketika senter dinyalakan, selisih waktu antara munculnya cahaya yang terpantul ke dinding dengan saat kita menekan tombol power pada senter tersebut sangatlah cepat, bahkan hampir bersamaan.

Dalam proses pembelajaran, kiranya visualisasi senter ini senada dengan kegiatan belajar. Semestinya kecepatan orak siswa dalam menangkap materi dan informasi dari guru sama adalah 1.287 km/jam, sama dengan kecepatan cahaya senter. Tapi mengapa ada siswa yang gagal paham?

Bisa jadi, ada ketidakseimbangan antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Ibaratkan model rambut, tidak semua siswa suka dibotakin, tidak semua siswa suka gaya undercut, dan tidak semua siswa mau bergaya Fawk Hawk. Artinya, guru tak bisa menerapkan gaya cukur rata.

Di sinilah kemudian seorang guru perlu menanamkan mindset bahwa gaya mengajarnya terkadang perlu bersesuaian dengan gaya belajar siswa.

Membayangkan ada satu guru yang mengajarkan 25 siswa, sudah pasti ada siswa yang sedang lapar, sedang ngantuk, sedang memikirkan ketersediaan uang jajan, sedang membayangkan berapa sisa kuota, bahkan ada pula siswa yang mood-nya jauh di bawah harapan.

Terlebih lagi di kondisi saat sekarang ini. PJJ di tengah pandemi, bertumpah-ruahlah ragam kondisi siswa di tengah terbatasnya sebuah pertemuan.

Untuk mengatasi situasi sulit yang seringkali datang saat pelajaran berlangsung, agaknya guru perlu menyelaraskan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa.

Cara terbaik menurutku adalah dengan memperkaya metode ajar pada sebuah materi. Mungkin materi ajar pokok hanya satu halaman, tetapi metodenya jangan cukup dengan penugasan, rangkuman, atau bahkan "baca doang".

Gambar oleh Prashant Sharma dari Pixabay
Gambar oleh Prashant Sharma dari Pixabay

Selipkan sedikit visual, selipkan sedikit keadaan agar siswa bisa belajar secara auditori, selipkan sedikit aktivitas agar siswa bisa berkinestetik, dan hadirkan pula sedikit momentum agar siswa bisa belajar secara analitik.

Baik PJJ daring maupun luring, kiranya kedua sistem pembelajaran ini bukanlah halangan bagi guru untuk menciptakan gaya mengajar yang seirama dengan gaya belajar anak.

Asal ada koordinasi, pengertian, interaksi tanpa batas dan keterbukaan, rasanya tidak akan ada masalah yang berarti.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun