Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengajar Itu Berat, tapi Tidak untuk Memberatkan!

23 Juli 2020   21:39 Diperbarui: 24 Juli 2020   00:21 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prasangka Retno pun seiras dengan padatnya kurikulum kita. Ya, beliau menduga bahwa hadirnya tugas maha berat ini adalah akibat keegoisan sekolah untuk menuntaskan pencapaian kurikulum.

Nah, berarti salah kurikulum, kan? Mestinya begitu, salahkan kurikulum dahulu, baru kemudian salahkan guru. Secara, mengajar saja sudah sulit, apalagi jika harus mengajar sambil mengangkat beban yang ditawarkan oleh kurikulum.

Tambah lagi, kurikulum yang ditawarkan oleh pemerintah hari ini adalah kurikulum pembelajaran tuntas. Ya, tuntas, tanpa ranking, dan lebih akrab dengan karakter. Itulah yang selama ini berdengung-dengung di telinga para guru. jadi, mengubah mindset ini sungguh tidaklah mudah.

Mengajar Itu Memang Berat, tapi Tidak Untuk Memberatkan!

Gambar oleh mmi9 dari Pixabay
Gambar oleh mmi9 dari Pixabay

Lalu, bagaimana caranya agar guru tetap bisa mengajar tanpa harus memberatkan? Beberapa waktu yang lalu pemerintah memang sudah mengajak sekolah untuk tidak terlalu berambisi menuntaskan kurikulum.

Hal ini sudah dituangkan dalam Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor 4 Tahun 2020.


Lebih dari itu, pihak Kemendikbud juga telah mengeluarkan buku saku panduan pembelajaran di masa pandemi covid-19. Pada dasarnya buku dan surat edaran ini sangat berguna sebagai panduan, hanya saja penerapannya tidak semudah panduannya.

Oke kita anggap bahwa tidak perlu mengejar target alias ketuntasan kurikulum, karena situasi hari ini memang masih darurat. Tapi, adakah kemudian ditetapkan standar ketercapaian minimalnya?

Hal inilah yang kemudian masih menjadi tanda tanya besar di kening para guru. Mengapa lahir cara mengajar yang terkesan memberatkan, agaknya faktor ketidakjelasan standar minimal ketuntasanlah yang menjadi soal. Sederhananya, anak dapat apa di masa pandemi ini.

Bagaimana guru bisa tahu pembelajaran itu memberatkan atau tidak sedangkan kurikulum yang padat sudah ditetapkan dari sananya. Selama ini, tidak hanya siswa yang harus belajar tuntas, tapi guru juga perlu mengajar secara tuntas. Itulah perwujudan dari kewajiban.

Pada akhirnya, Mas Nadiem memang perlu lebih serius lagi dalam menangani permasalahan pembelajaran jarak jauh ini. Mendikbud bersama Kemendikbud perlu sering-sering mengkaji apa saja faktor yang menjadikan cara mengajar guru terkesan memberatkan.

Soalnya, mengajar itu berat. Tambah lagi guru wajib adaptasi dengan suasana pandemi. Memberatkan di sini bisa jadi hanyalah akibat. Akibat dari ketidakjelasan tuntunan, rencana, dan standar.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun