Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

4 Adab Berjualan dalam Perspektif Masyarakat Suku Rejang (Bengkulu)

17 April 2020   23:53 Diperbarui: 18 April 2020   15:50 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan jika penghasilan hanya sekadar cukup, maka dicukupkan secara rata agar semua mendapatkan bagian yang sama, alias tidak berat sebelah.

Di dalam kehidupan nyata para pedagang, tantangan yang cukup berat adalah saat masing-masing pegiat usaha melawan hawa nafsu atas keuntungan yang didapat. Kadang pula, seiring jalannya usaha ada beberapa oknum yang suka membanding-bandingkan jerih payah.

Tantangan ini jika tidak dihadapi secara objektif dan hati yang bersih, bisa menjadikan persaudaraan antar sesama pedagang pecah-belah. Maka dari itulah, adab-adab berjualan ini mesti dipegang teguh dengan niat yang tulus tidak lain hanyalah untuk beribadah.

Ketika ada masalah, masyarakat Rejang menanggapi dengan "Saleak cong udi bepapet" yang berarti "Salah Mencincang Kamu Merapat."

Maknanya,ketika ada polemik atau masalah yang mengacaukan keharmonisan hubungan persaudaraan masyarakat suku Rejang, usahakanlah merapat alias mengembalikan hubungan seperti semula.

Caranya adalah dengan tulus meminta maaf, dan jika ada salah maka bertulus hati mengakui kesalahan.

Adab yang merupakan bagian dari adat suku Rejang ini sangatlah penting, terutama untuk menjaga keharmonisan hubungan rakyat Rejang. 

Nasihat-nasihat bisa dituangkan dengan nada sindiran, teguran, pengajaran, hingga penyampaian mana yang baik dan mana yang buruk.

Suasana pasar pagi Curup (Dok. Ozy V. Alandika)
Suasana pasar pagi Curup (Dok. Ozy V. Alandika)
Sejatinya, suku Bengkulu dengan dialeg Rejang Kepahiang, Rejang Lebong dan Rejang Curup ini sudah menjadikan adat sebagai dasar dalam berperilaku di masyarakat.

Dalam istilah suku Rejang disebutkan bahwa adat "Coa Melkang Keno Panes, Coa Mobok Nukai Ujen", yang berarti "Tidak Lekang Karena Panas, Tidak Lapuk Karena Hujan". Saking kuatnya prinsip adat Rejang, dituangkanlah perwujudan perilakunya ke dalam adab.

Terang saja, ungkapan sastra lisan yang baru saja saya sebutkan tadi bukanlah sekadar peribahasa sederhana saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun