Seiras dengan singkong, agaknya pembelajaran karakter di sekolah juga demikian. Bukan sekadar teori dan beruntai-untai definisi melainkan juga ajak siswa untuk mengalami. Siswa hari itu mesti punya kemampuan critical thinking.
Seiring dengan tingginya tuntutan kualitas pendidikan, siswa hari ini mesti mampu merumuskan suatu masalah, memberikan argumen, melakukan sintesis, analisis, evaluasi, serta memutuskan untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan.
Jika semua ini hanya teori, jujur saja kedengarannya sangat berat, dan mengajarkannya amat berat. Namun, jika siswa dituntut untuk mengalami, maka guru hanya menuntun siswa agar berani berpikir kritis dan lepas dalam mengungkapkan unek-unek dan opini siswa.
Saat siswa sudah terbiasa berpikir kritis dan mengalami, guru akan puas. Jawaban-jawaban siswa akan keluar dari definisi karena semua yang mereka ungkapkan adalah pengembangan dan makna.
Inilah yang sebenarnya menjadi harapan tertinggi dari pendidikan karakter. Bukan sekadar tuntas secara teori, melainkan juga tuntas karena mengalami. Teori bisa dengan mudah dihafal, tapi karakter butuh pengalaman dan mengalami.
Salam.