Sebelum surat pengunduran ini dilayangkan, UAS sudah terlebih dahulu mengurus izin cuti kuliah ke Sudan. Jadi, secara administratif tidak ada masalah jika beliau tidak mengajar di UIN Suska. Hal inilah yang sangat disayangkan oleh pihak UIN dan Kemenag Riau.
Namun lagi-lagi jika kita berpatokan dengan kesibukan beliau yang aktif berdakwah, agaknya pilihan untuk mundur dari PNS lebih baik daripada UAS harus terus memperpanjang cutinya.
Berbeda dengan mengajar, berdakwah tidaklah terikat dengan waktu jam segini harus dakwah, jam segitu harus istirahat. namun, jika itu adalah undangan maka UAS tidak mau menolak.
Meski klarifikasi pihak UIN tentang alasan pengunduran diri UAS sudah jelas, tetap saja kita miris dengan isu-isu yang berkembang saat ini. Terang saja, ada yang menyebut UAS mundur karena pernah membuat kontroversi hingga dipanggil KASN dan MUI. Ada juga isu UAS dilarang mengajar di UIN.
Isu-isu negatif ini segera dibantah oleh Akhmad Mujahidin. Akhmad kembali menegaskan bahwa sampai detik ini tidak ada satupun sanksi yang menyatakan bahwa UAS dilarang mengajar..
Bahkan, meskipun baru-baru ini ada pro-kontra terkait UGM yang UAS, itu hanyalah bagian kecil dari tantangan dakwah. Walaupun banyak tuduhan-tuduhan radikalisme, politisasi islam, dan sebagainya, UAS tetaplah pendakwah yang nasionalis dan merakyat.
Terang saja, setiap dakwah pasti ada pro dan kontra. Pasti ada yang menerima, antipati, bahkan ada yang menolak. Namanya juga dakwah, tabligh, alias menyampaikan. Tidak ada satupun manusia yang bisa menjamin orang lain bisa mendapat hidayah gara-gara dakwah yang ia lakukan.
Bahkan Nabi dahulunya pun demikian. Berdakwah baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, Â tetap saja Nabi tidak bisa menjamin turunnya hidayah.
Hidayah adalah milik Allah, dan siapa-siapa saja yang mendapat hidayah itu urusan Allah. Kita sebagai manusia hanya bertugas sebagai penyampai pesan Ilahi. Begitulah hal yang ditegaskan dalam Quran Surah Al-Qashash ayat 56:
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
Maka dari itulah, selama para ulama menyampaikan kebenaran dan mereka masih berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah, maka kita harus membuka hati dan menerima seraya berharap agar Allah berikan kita hidayah. Hidayah untuk tetap menjadi seorang islam dan mati dalam keadaan islam. Wallahu a'lam bishawab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI