Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjemput Jodoh: Kita akan Berpura-pura Baik, Sok Baik, atau Berusaha Menjadi Baik?

4 September 2019   00:38 Diperbarui: 4 September 2019   01:02 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menjemput Jodoh. Gambar dari Paleoforwomen.com

Semua hal yang selama ini mereka yakini itu baik, tulus, bahkan suci ternyata hanyalah "janji manis" yang berhiaskan senyum semata. Semua seakan jadi fatamorgana di ujung senja, yang manis kelihatannya, tapi sungguh pahit ketika dilalui. Terang saja, jika kita mengejar senja, kita akan sampai ketika sudah kelam. Mirisnya, kelam itu berakhir dengan kedukaan, dan sungguh kita tidak mau itu terjadi, apalagi soal jodoh.

Berusaha Menjadi Baik

Kendaraan terbaik dalam menjemput jodoh adalah "pribadi yang baik". Baik dalam artian suci, tulus, dan bersih dari "pura-pura" serta "sok". Apa yang kita lakukan dihadapan orang lain harus selaras dengan kebaikan yang  kita lakukan dihadapan diri kita sendiri. Jangan malah seperti cermin, yang ketika kita angkat tangan kanan, maka tangan kirilah yang terlihat. Diluar kita dipandang baik, tapi nyatanya didalam kita busuk.

Lagi-lagi ini bahaya, karena busuk didalam akan merusak ketika keluar. Beda hal jika busuk diluar, didalamnya belum tentu busuk juga. Kita bisa lihat bagaimana bentuk singkong bakar. Ketika sudah dibakar, kulit singkong akan busuk dan gosong, tetapi tidak dengan dagingnya. Daging singkong malah jadi empuk, nikmat, dan lezat untuk disantap.

Ini merupakan teguran bagi para penjemput jodoh, yaitu jangan menilai dari fisik dan luarnya saja, karena fisik bisa gosong dibakar masa, tetapi tidak dengan hati. Hati, walaupun ia tak berbentuk, tidak akan gosong kecuali dibakar dengan kebohongan dan kepura-puraan.

Maka dari itu, jangan kita campur kesucian cinta dengan "jati diri palsu" hanya untuk menggapai jodoh. Jika kita yakin bahwa laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik, dan perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik, maka kita juga harus yakin bahwa kebaikan itu bukanlah sesuatu yang bisa kita manipulasi kemurniannya.

Hal ini berarti bahwa setiap jodoh yang dijemput dengan pura-pura baik dan sok baik, akan didatangi jodoh yang pura-pura baik dan sok baik pula. Siapa yang mau hidup bersama jati diri palsu! Hebatnya, kebohongan lambat laun akan terkuak dan itu menyakitkan.

Ibarat kita menaruh jarum di gundukan pasir, lalu kita berjalan diatasnya. Biarpun pasir itu berjuta-juta banyaknya, ataupun sangat indah pantulan kristalnya, tetap kita akan terkena tusukannya juga. Ya, tusukan dari kepura-puran. Tusukan dari sok-sokan.

Ending-nya, tetaplah kita berusaha menjadi baik agar kita mendapat yang baik juga. Alangkah indahnya, jika nanti di ujung jalan kita menemukan hadiah berupa kebaikan yang tulus dan suci. Dan kebaikan itu adalah jodoh kita.

Salam.
Semoga Memotivasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun