Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa hingga Saat Ini Kita Masih Sulit untuk Memaafkan?

1 September 2019   11:59 Diperbarui: 1 September 2019   12:11 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemaaf Bukan Sifat Instan

Sifat memaafkan bukanlah sifat yang bisa kita tempa 1 atau 2 menit. Sifat memaafkan bukanlah sifat jadi nan berbungkus, yang bisa kita beli di supermarket. Pemaaf bukanlah sifat yang berdiri sendiri, melainkan ada dua penopangnya, yaitu ikhlas dan sabar. Tanpa bantuan kedua sifat ini, mustahil sifat pemaaf dapat tumbuh. Kita tentu seringkali mendengar perkataan seperti ini:

"Sudah, sabar saja. Tidak apa-apa, mungkin dia lagi emosi tadi. Maafkanlah!"
"Sudah, ikhlaskan saja. Tak perlu terus marah-marah. Toh, barang yang pecah itu tak bisa diperbaiki lagi. Dia pula tak mungkin bisa menggantikannya dengan barang yang sama. Maafkanlah dia!"

Jika hati kita masih "lembut", rasanya dengan membaca dua kalimat diatas hati kita sedikit bergetar. Jika iya? Berarti didalam diri kita sudah tertanam sifat ikhlas, sabar, dan pemaaf. Jika tidak? Sepertinya hati ini harus ditegur berkali-kali dengan pekikan dzikir.

Selama kita tidak ikhlas, selama itu juga kita masih menyimpan harapan. Dan jujur saja, itu sakit. Selama kita tidak sabar, selama itu pula kita "berubah" menjadi monster. Ya, emosional dan mudah marah. Lama-kelamaan diri ini malah akan dikuasai setan, karena setan suka melihat kita bermusuhan dan saling menghancurkan. Sungguh, kita sendiri yang rugi.

Pemaaf: Perwujudan kelapangan hati dan Kemuliaan diri


Pemaaf sejatinya tidak hina, tidak rendah, dan tidaklah  lemah. Bukan berarti seorang yang pemaaf tidak bisa membalas perbuatan buruk. Seorang yang pemaaf, didalam dirinya akan mengalir kemuliaan berkat kelapangan hati. 

Allah berkalam dalam Al-Qur'an Surah Asy-Syura ayat 40: "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."

Menilik dalil ini, sejatinya kita bisa saja membalas kejahatan dengan kejahatan yang serupa, membalas perilaku buruk seseorang dengan perilaku buruk yang serupa, karena itu cukup adil. 

Tapi, yang namanya membalas keburukan dengan keburukan itu tidak akan ada habisnya. Tidak pula ada ukuran sama atau tidaknya. Jika dirasa kurang akan dibalas lagi, dan jika dirasa lebih maka akan dibalas pula kepadanya. Dan itulah kezaliman.

Akan lebih mulia jika kita memaafkannya, akan lebih dicintai jika kita menjadi pemaaf. Pemaaf adalah wujud dari kelapangan hati seseorang. Sungguh lapang  jika telah memaafkan, hati kita akan tenang, pikiran kita akan sehat, dan jauh dari amarah yang menghancurkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun