Berbuka puasa sendiri, mungkin bukanlah sebuah topik yang hangat untuk dibicarakan seperti jadwal padat untuk buka bersama dan reuni sepanjang bulan Ramadhan. Buka puasa sendiri juga tak perlu undangan ataupun broadcast di aplikasi chatting di smartphone. Mungkin tak perlu selfie, wefie, atau pergi memesan tempat duduk di sebuah restoran atau café yang sedang naik pamornya.
Buka puasa sendiri kadang mengingatkan dengan diri sendiri, betapa sepinya hidup, betapa beruntungnya masih bisa makan. Mungkin bisa saja mengingatkan me-time yang punya sensasi berbeda.
Buka puasa sendiri mungkin bisa menjadi pengingat tentang orang-orang yang kian hari semakin menjauh. Jika di rantau orang tua sudah jauh, jika masih bujangan ternyata jalan dan beban hidup masih banyak, jika biasanya banyak saudara buka puasa sendiri bisa membuat nostalgia sejarah walau cuma berteman meja dan kursi serta semangkok nasi berserta lauk dan sebotol minuman.
Buka puasa sendiri bisa juga untuk mengenang tawa dan kepedulian yang telah terlupakan. Mengenang tawa mereka yang dirindukan. Mengenang kepedulian terhadap diri sendiri dan masa depan.
Buka puasa sendiri memang tak populer seperti buka puasa bersama. Tapi tak ada salahnya dicoba untuk sedikit merenung tentang beberapa sisi kesendirian yang sedap-sedap sedih senang untuk dicoba. Mungkin akan tertawa sendiri, senyum-senyum sendiri, masak-masak sendiri, makan-makan sendiri, asam-asam sendiri, enak-enak sendiri. Well selamat berbuka puasa bagi yang menjalankan. Walaupun sendiri harusnya lebih happy.
Mackenzie (setelah sahur sendiri) 22-06-2016