Tak perlu kutanya lagi kau ada dimana. Sebab kau telah menghuni benaku di setiap jeda waktu. Ketika jarumnya menyaru pagi, dan embun yang menetesi bumi.
Dan aku tak perlu bertanya tentangmu lagi. Bila di langkah jarum berikutnya. Kau serupa matahari yang menyerap air mata. Membuat bayang bayang tepat diatas kepalaku begitu rupa.
Lalu mengapa masih pula hujannya deras dengan pertanyaanmu. Apakah kau tak tau. Denyut jantungku detakannya menyerukan namamu. Seolah olah meramaikan sepiku.
Kemudian tak pernah sewaktu waktu. Kau pergi meninggalkan aku. Menghindarimu kau tak mau tahu, berlari darimu kau mengikutiku
Dan bila nafas waktu hampir membeku, kau membelikan batu batrai yang baru.
Kini giliranku yang bertanya padamu. Waktumu waktuku itu apa ? pasti juga kau tak akan tahu jawabanya. Sebab jarum waktu hanya bertugas menghitung jatah hidup manusia.
Waktu dan jarum yang tak pernah diam. Ia yang akan mendatangi takdir kita dengan begitu tiba -tiba hujam.
Cimahi, 23 September 2018