Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Juventus Beruntung di Tengah Kesialan AC Milan

6 Oktober 2025   09:47 Diperbarui: 6 Oktober 2025   20:42 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerang sayap Juventus, Kenan Yildiz berusaha melewati bek AC Milan pada laga, Senin, 6/10/2025 (Sumber: Juventus FC)

Juventus beruntung di tengah kesialan AC Milan pada laga pekan ke-6 Serie A yang berakhir imbang kacamata. Pertandingan yang digelar di Allianz Stadium, Turin, Minggu malam waktu Italia atau Senin dini hari WIB (6/10/2025), tim tamu AC Milan sebenarnya memiliki satu momen kunci yang sangat krusial untuk memenangkan laga. Sayangnya, kegagalan penalti Christian Pulisic pada menit ke-52 sudah cukup memberikan sebiji poin untuk kedua tim.

Keberuntungan Juventus: Lolos dari Hukuman Penalti

Juventus dianggap beruntung karena mereka lolos dari hukuman yang sangat berat di kandang sendiri.

Tim asuhan Igor Tudor beruntung karena sang algojo AC Milan gagal mengeksekusi tendangan, bukan karena kiper Michele Di Gregorio melakukan penyelamatan brilian (meskipun Di Gregorio sendiri bermain bagus sepanjang laga).

Secara keseluruhan, Milan tampil berani dan merepotkan Juventus, terutama di babak kedua. Juventus sendiri tampil di bawah standar, khususnya setelah menjalani laga Liga Champions yang menguras energi. Mereka kesulitan menciptakan peluang berbahaya yang signifikan.

Mengingat Milan mendapatkan penalti dan memiliki beberapa peluang bagus lainnya, seperti peluang emas Rafael Leao di menit ke-72 yang meleset, hasil imbang 0-0 di kandang yang didapat tanpa kebobolan penalti krusial adalah hasil terbaik yang bisa diharapkan oleh Juventus dalam pertandingan tersebut.

Juventus agak dominan di babak pertama, namun kesulitan menembus pertahanan Milan. Dari sisi kreatifitas, para pemain Juventus terlihat minim ide untuk membongkar pertahanan rapat Milan. Demikian pula dengan lini depan yang justru tumpul.

Kredit poin untuk Juventus adalah solidnya lini belakang, khususnya kipper Di Gregorio yang tampil tenang. Lolos dari penalti adalah keberuntungan besar.

Kesialan Puncak AC Milan: Pulisic Gagal Penalti 

Sebaliknya, momen paling menentukan yang membenarkan istilah kesialan AC Milan adalah kegagalan eksekusi penalti oleh Christian Pulisic di awal babak kedua.

Penalti diberikan setelah pemain Milan, Santiago Gimenez, dijatuhkan di kotak terlarang. Ini adalah peluang 100% untuk memecah kebuntuan dan membuat Milan unggul 1-0 di kandang lawan.

Pulisic, yang ditunjuk sebagai algojo, melepaskan tembakan yang sayangnya melambung jauh di atas mistar gawang Marco Di Gregorio. Ini adalah kegagalan fatal yang secara langsung menggagalkan kemenangan Milan.

Jika penalti itu masuk, Milan tidak hanya akan memimpin, tetapi juga akan mendapatkan keuntungan psikologis besar, memaksa Juventus untuk bermain lebih terbuka. Kegagalan ini justru meruntuhkan mental tim dan mengembalikan momentum ke kondisi imbang.

Massimiliano Allegri yang kini menukangi Rossoneri, mampu mendorong anak asuhnya untuk tampil berani, yakni meningkatkan intensitas di babak kedua, dan lebih banyak menciptakan peluang bersih.

Luca Modric dan Christian Pulisic cukup kreatif dan baik dalam membangun serangan, terutama memanfaatkan lebar lapangan.

Laga ini adalah cerita tentang AC Milan yang menyia-nyiakan kesempatan emas untuk memenangkan big match di Turin, yang kemudian dianggap sebagai kesialan. Sementara itu, Juventus memanfaatkan sepenuhnya kegagalan Milan tersebut dan berhasil mendapatkan satu poin, yang dalam konteks pertandingan ini—khususnya kegagalan penalti lawan—dianggap sebagai keberuntungan bagi Bianconeri.

Kritik terhadap Strategi Igor Tudor

Strategi pelatih Juventus, Igor Tudor wajar menuai kritik karena dianggap terlalu hati-hati dan kurang memiliki rencana serangan yang jelas, terutama setelah timnya melewati periode hasil imbang beruntun di liga domestic dan Liga Champions.

Kritik utama terhadap Tudor adalah bahwa strateginya tampak berada di antara keinginan untuk memenangkan laga besar di kandang dan kekhawatiran untuk kalah setelah melalui jadwal padat (termasuk Liga Champions).

Juventus bermain dengan formasi 3-4-2-1 yang cenderung lebih menekankan soliditas pertahanan. Lini belakang (Di Gregorio, Gatti, Rugani, Kelly) tampil disiplin, dan keberhasilan menjaga clean sheet adalah bukti keberhasilan pertahanan ini. Namun, ini datang dengan mengorbankan inisiatif serangan.

Pertahanan yang solid ini seharusnya menjadi landasan untuk serangan balik cepat, tetapi lini serang Juventus (David, Yildiz, Conceicao) gagal menunjukkan koordinasi atau kecepatan yang memadai. Serangan terasa lambat dan mudah diprediksi, membuat AC Milan yang dipimpin Maignan mudah mengorganisir pertahanan mereka.

Selain itu, keputusan starting line-up dan pergantian pemain Tudor juga menjadi sorotan. Memilih Jonathan David sebagai penyerang tunggal di depan ternyata tidak memberikan ancaman berarti. David tampak terisolasi dan kesulitan menahan bola atau membuka ruang.

Lalu, pemain-pemain yang diharapkan menjadi motor serangan, seperti Kenan Yildiz dan Francisco Conceicao, gagal memutus rantai pertahanan Milan yang rapat. Mereka sering kehilangan bola atau membuat keputusan umpan yang kurang tepat di sepertiga akhir.

Tudor memasukkan amunisi utama seperti Dusan Vlahovic dan Lois Openda di babak kedua. Namun, pergantian ini dianggap terlambat (sekitar menit ke-69) dan tidak cukup cepat untuk mengubah momentum permainan yang sudah didominasi oleh pertarungan lini tengah. Vlahovic dan Openda pun hanya mendapat sedikit peluang untuk menguji pertahanan Milan.

Dapat disimpukan bahwa strategi Tudor terasa terlalu reaktif dan tidak ada solusi taktis yang jelas untuk menembus pertahanan Milan. Tudor berhasil menjalankan strategi untuk tidak kebobolan, yang memang ia anggap positif setelah rentetan hasil seri. Namun, ia gagal menjalankan strategi untuk menang di kandang sendiri melawan rival bebuyutan.

Ketiadaan visi serangan yang jelas dari Tudor membuat pertandingan berakhir sama kuat. Ini adalah hasil yang lebih disyukuri oleh Juventus karena lolos dari penalti, namun tetap menjadi kekecewaan bagi fans yang menantikan Bianconeri kembali ke jalur kemenangan.

Strategi yang kurang jelas ini pada akhirnya memastikan satu poin yang aman, tetapi juga mempertahankan tren frustrasi Juventus yang kesulitan meraih kemenangan.

Kualitas lini tengah AC Milan dalam pertandingan melawan Juventus yang berakhir imbang 0-0 dinilai sangat impresif, terutama dari segi kreativitas dan pengendalian bola (control), meskipun pada akhirnya gagal dikonversi menjadi gol kemenangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun