Kedua, keretakan hubungan. Rekan kerja atau atasan yang memilih jalur jujur dan konstruktif mungkin dianggap bodoh atau terlalu kritis, sehingga kepercayaan dalam tim perlahan retak.
Melahirkan Budaya Diam dan Toxic Positivity
Sugar coating menciptakan atmosfer di mana orang takut untuk memberikan masukan negatif atau mengemukakan keberatan, karena khawatir dianggap pesimis, tidak loyal, atau menimbulkan konflik.
Rapat menjadi ajang pamer kesetiaan atau pujian kosong, bukan ruang untuk memecahkan masalah atau bertukar ide kritis.
Kompetensi nyata menjadi korban, karena kemampuan untuk menyenangkan atasan atau menghindari konfrontasi dianggap lebih penting daripada kemampuan teknis dan integritas.
Menghasilkan Pemimpin yang Tidak Kompeten
Seseorang yang terbiasa menggunakan sugar coating sebagai jalan pintas, entah untuk menyenangkan atasan atau menghindari kesulitan, mungkin saja berhasil naik jabatan. Namun, tetap akan muncul dampak negatifnya.
Mereka tidak terlatih untuk menyelesaikan konflik atau mengambil keputusan sulit yang tanpa lapisan gula sebagai pelindung.
Mereka terbiasa memaniskan laporan daripada memperbaiki akar masalah, sehingga kompetensi kepemimpinan yang sesungguhnya menjadi rapuh.
Tips Mengatasi Dampak Negatif Sugar Coating
Cara terbaik adalah membangun komunikasi yang sehat, jujur dan apa adanya sesuai fakta.