Terkadang, porsi yang disajikan terlalu besar atau terlalu sedikit. Porsi yang terlalu banyak dapat membuat siswa cepat merasa kenyang dan enggan menghabiskannya.
Kurangnya Penyesuaian dengan Selera Lokal
Menu yang dirancang secara sentral tanpa mempertimbangkan selera makanan lokal atau budaya spesifik di suatu daerah dapat menimbulkan masalah.
Jika ada bahan makanan yang tidak umum atau tidak disukai secara umum oleh mayoritas siswa di daerah tersebut (misalnya, jenis ikan tertentu atau sayuran yang asing), makanan tersebut cenderung akan disisakan.Â
Contohnya, sering sekali ayam kecap disajikan sebagai lauk MBG di sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Tana Toraja. Padahal menu ini tidak cocok untuk anak Toraja yang cenderung lidahnya ke selera lokal Toraja.Â
Tips Mengatasi Kebosanan
Untuk mengatasi kebosanan ini, evaluasi menu tidak hanya harus berfokus pada kecukupan gizi, tetapi juga pada variasi resep, kualitas rasa, dan presentasi yang menarik bagi anak-anak. Ya, jangan sampai nampannya justru lebih mahal dibandingkan menu MBG itu sendiri.
Kebosanan pada menu Makanan Bergizi Gratis di Tana Toraja, seperti di daerah lain, adalah hal yang wajar jika menunya kurang variatif. Program MBG idealnya dirancang untuk tidak hanya bergizi, tetapi juga menarik dan disukai murid.
Sehingga, untuk mengatasi kebosanan menu tersebut, perlu ada tindak lanjut yang didasarkan pada praktik terbaik makanan sederhana tetapi menarik dan bergizi, khususnya di wilayah Tana Toraja.
Dapur penyedia menu MBG harus menyusun jadwal menu yang berputar (misalnya, setiap 2 minggu atau 1 bulan) dengan komposisi gizi yang setara.
Selain itu, dapur MBG perlu memanfaatkan bahan-bahan lokal Tana Toraja (misalnya, olahan ikan, ayam, atau sayuran khas) dengan beragam cara masak (tumis, kukus, berkuah, kering) agar rasa dan teksturnya berbeda setiap hari.Â
Contoh awal menu di Tana Toraja pernah mencakup nasi, nugget, ayam kecap, tumis wortel/labu siam, dan pisang, yang bisa dirotasi dengan menu lain.
Tidak hanya sayur yang sama. Misalnya, mengganti tumisan dengan sup atau lalapan, serta mengganti pisang dengan buah lokal lain yang sedang musim (pepaya, jeruk, dll.).