Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pragmatisme Postecoglou Bawa Tottenham Hotspurs Menjuarai UEFA Europa League 2025

22 Mei 2025   07:13 Diperbarui: 22 Mei 2025   10:37 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesta juara Europa League dari pemain Tottenham Hotpurs. (Sumber: Instagram/@spursofficial)

Tottenham Hotspur mengalahkan Manchester United 1-0 dalam final UEFA Europa League 2025 yang berlangsung di San Mams, Bilbao, pada Rabu malam, 21 Mei 2025. Gol tunggal penentu juara The Lily Whites dicetak oleh Brennan Johnson pada menit ke-42.

Kemenangan bersejarah ini menandai berakhirnya puasa trofi mayor bagi Tottenham sejak mereka terakhir kali mengangkat Piala Liga Inggris pada tahun 2008. Lebih jauh lagi, ini adalah gelar Eropa pertama mereka sejak Piala UEFA tahun 1984, sebuah pencapaian yang telah lama dinanti.

Sebagai juara Europa League, Tottenham Hotspur secara otomatis mengamankan tempat mereka di fase liga Liga Champions UEFA musim 2025/26.

Ini adalah hadiah yang sangat signifikan, tidak hanya membawa prestise yang besar tetapi juga keuntungan finansial yang substansial, yang penting untuk perkembangan klub di masa depan.

Kemenangan ini terjadi dalam konteks musim domestik yang penuh tantangan bagi kedua finalis. Baik Tottenham maupun Manchester United mengalami kampanye Premier League yang "suram" atau "bencana," dengan posisi mereka di liga mendekati zona degradasi.

Tottenham finis di posisi ke-17, sementara United berada satu tempat di atasnya di posisi ke-16. Dalam situasi ini, kemenangan di Europa League secara efektif "menyelamatkan" musim mereka yang mengecewakan di liga.

Tottenham Hotspur telah mengakhiri penantian panjang selama 17 tahun untuk meraih trofi mayor dengan menjuarai UEFA Europa League 2025. 

Kemenangan ini, yang dicapai melalui kemenangan 1-0 atas Manchester United di Bilbao, bukan hanya sekadar perolehan piala, tetapi juga sebuah momen transformatif yang mengamankan tempat mereka di Liga Champions UEFA 2025/2026.

Kontras tajam antara performa domestik Tottenham yang sangat buruk dan kemenangan Eropa mereka menunjukkan pergeseran fokus dan mentalitas yang signifikan untuk kompetisi piala.

Tim mampu memisahkan performa mereka, memprioritaskan kesuksesan Eropa sebagai "jalur penyelamat" untuk mengamankan musim dan mencapai kualifikasi Liga Champions, yang tidak mungkin diraih melalui posisi liga. 

Ini menunjukkan bahwa tim dan manajemen mungkin telah membuat keputusan strategis untuk mengalihkan sumber daya dan energi mental mereka sepenuhnya ke kompetisi Eropa setelah menyadari bahwa posisi liga mereka tidak dapat diperbaiki.

Kemampuan ini untuk tampil di bawah tekanan tinggi dalam pertandingan tunggal eliminasi, meskipun kurangnya konsistensi yang dibutuhkan untuk sukses di liga, adalah faktor penentu. Ini menyiratkan bahwa tekanan dan format kompetisi yang berbeda dapat memunculkan sisi yang berbeda dari sebuah tim.

Taktik Pragmatisme Ange Postecoglou

Musim 2024/2025 Tottenham Hotspur di Premier League ditandai dengan tantangan signifikan, sebagian karena komitmen Ange Postecoglou terhadap filosofi taktis "Angeball" yang berisiko tinggi.

Namun, di panggung Europa League, Postecoglou menunjukkan pragmatisme yang krusial, mengubah pendekatan taktisnya untuk mengamankan trofi.

Filosofi Postecoglou, yang dikenal sebagai "Angeball," berpusat pada penguasaan bola dengan tujuan, penggunaan full-back terbalik untuk menciptakan kelebihan jumlah di lini tengah, membuka ruang lebar untuk transisi menyerang, pressing tinggi, dan garis pertahanan tinggi. Ia dikenal dengan "taktik serba bisa" dan "sepak bola menyerang yang berani". 

Meskipun demikian, musim domestik mereka "bencana," dengan klub finis di posisi ke-17 di Premier League dan mencatat rekor kekalahan liga.

Masalah pertahanan, seperti pemain yang "tertidur" dalam skenario krusial, dan masalah kedalaman skuad di posisi bek tengah dan gelandang, juga diidentifikasi sebagai penyebab kesulitan mereka di liga.

Di final Europa League, menghadapi Manchester United yang konsisten dengan penguasaan bola di atas 50% di setiap laga, Tottenham menunjukkan pergeseran taktis yang mencolok. Mereka hanya memiliki 27.7% penguasaan bola, 3 tembakan, dan 115 operan selesai---angka terendah yang pernah dicatat Opta dalam final besar Eropa. 

Postecoglou secara efektif "meninggalkan semua yang dipegang era Postecoglou" , beralih ke "blok rendah yang hati-hati dan gaya serangan balik langsung". Pergeseran ini merupakan "taktik yang disengaja" untuk sepak bola sistem gugur, dengan fokus pada "organisasi yang baik". 

Performa defensif kunci dari Cristian Romero dan Micky van de Ven sangat krusial dalam menerapkan pendekatan ini. Guglielmo Vicario juga membuat penyelamatan penting, termasuk sundulan Luke Shaw pada menit ke-97 yang memastikan kemenangan. Pendekatan pragmatis ini juga membantu mereka melewati Eintracht Frankfurt dan Bod/Glimt di babak sebelumnya.

Kesediaan Postecoglou untuk "meninggalkan" filosofi "Angeball" intinya untuk final, terutama mengingat kekakuannya yang sebelumnya dikenal publik , menunjukkan kualitas kepemimpinan adaptif yang krusial.

Ini bukanlah kegagalan filosofinya, melainkan pivot strategis dalam skenario pertandingan tunggal yang berisiko tinggi, memprioritaskan kemenangan di atas kemurnian gaya. 

Taktik sepakbola pragmatis Postecoglou ini menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang tuntutan sepak bola sistem gugur, di mana "organisasi yang baik" dan soliditas pertahanan menjadi yang terpenting saat menghadapi lawan yang lebih unggul atau menangani cedera pemain kunci.

Pilihan ini mengungkapkan seorang manajer yang pragmatis dan cerdas yang dapat menempatkan keberhasilan tim di atas dogma gaya pribadi ketika situasi menuntutnya. 

Kemampuan beradaptasi ini, sebuah penyimpangan dari kekakuan yang dirasakan, adalah faktor signifikan dalam kesuksesan mereka di piala yang kontras dengan performa liga mereka.

Ini menyiratkan bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya tentang berpegang pada visi, tetapi juga mengetahui kapan dan bagaimana menyesuaikannya untuk hasil yang optimal.

Dampak cedera gelandang kunci seperti James Maddison (cedera lutut), Dejan Kulusevski (operasi lutut), dan Lucas Bergvall (cedera pergelangan kaki) pada pergeseran taktis Postecoglou menyoroti pentingnya kedalaman dan fleksibilitas skuad, bukan hanya bakat individu. 

Postecoglou membuat keputusan berani dengan membangkucadangkan kapten Son Heung-min, dan memulai Richarlison di final. Son masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-67. Keputusan ini "membuahkan hasil". Postecoglou menekankan "kekuatan lari" daripada kreativitas karena cedera pemain kunci. 

Keputusan untuk memprioritaskan "kekuatan lari" dan soliditas pertahanan di lini tengah (Bissouma, Bentancur, Sarr) secara langsung mengatasi kelemahan yang diperparah oleh cedera, mengubah potensi kelemahan menjadi kekuatan untuk final satu kali. Ini menunjukkan manajemen krisis yang efektif dan pemanfaatan skuad yang strategis. 

Alih-alih mencoba memaksakan gaya menyerang mereka yang biasa dengan sumber daya yang menipis, Postecoglou beradaptasi dengan personel yang tersedia.

Hal ini menyoroti bahwa keberhasilan sering kali datang dari bermain sesuai kekuatan tim dan mengurangi kelemahan tim, terutama saat menghadapi kesulitan seperti krisis cedera yang signifikan.

Kemenangan Tottenham Hotspur di UEFA Europa League 2025 adalah hasil dari kombinasi faktor kunci yang mencerminkan adaptasi strategis dan ketahanan tim.

Meskipun mengalami musim domestik yang sangat mengecewakan, finis di posisi ke-17 Premier League, tim berhasil mengalihkan fokus dan energi mereka untuk meraih trofi Eropa, yang secara otomatis mengamankan tempat mereka di Liga Champions UEFA musim berikutnya. Pergeseran prioritas ini, dari performa liga ke kesuksesan piala, adalah sebuah keputusan yang pada akhirnya membuahkan hasil.

Kemenangan ini secara signifikan didorong oleh adaptasi taktis Ange Postecoglou. Meskipun filosofi "Angeball" yang menyerang dan berbasis penguasaan bola adalah ciri khasnya, Postecoglou menunjukkan pragmatisme yang krusial di final.

Ia secara sadar mengadopsi pendekatan yang lebih defensif, dengan penguasaan bola yang sangat rendah dan fokus pada organisasi yang solid serta serangan balik cepat. 

Perubahan ini, yang juga dipengaruhi oleh absennya gelandang kreatif kunci karena cedera, memungkinkan Tottenham untuk menetralkan ancaman Manchester United dan memanfaatkan satu-satunya peluang mereka.

Keputusan berani Postecoglou, seperti membangkucadangkan kapten Son Heung-min demi Richarlison yang lebih berorientasi pada kerja keras, juga menunjukkan kemampuannya untuk membuat pilihan yang berorientasi pada hasil demi kebaikan tim.

Di tingkat individu, performa heroik dari lini belakang, terutama Micky van de Ven dengan penyelamatan garis gawangnya yang krusial, Cristian Romero sebagai pemimpin pertahanan yang dominan, dan Guglielmo Vicario dengan penyelamatan-penyelamatan pentingnya, menjadi fondasi kemenangan. 

Kontribusi dari Brennan Johnson dengan gol penentu, serta energi dan pressing dari Pape Matar Sarr dan Yves Bissouma di lini tengah, melengkapi upaya kolektif ini. 

Keberhasilan ini bukan hanya tentang kehebatan individu, tetapi lebih pada ketahanan kolektif tim dan kemampuan mereka untuk berfungsi sebagai unit yang padu, mengatasi kesalahan dan tekanan untuk mencapai tujuan mereka.

Secara keseluruhan, kemenangan Tottenham di Europa League 2025 adalah momen transformatif yang mengakhiri penantian panjang, memvalidasi kepemimpinan adaptif Ange Postecoglou, dan menegaskan kembali kapasitas tim untuk meraih kesuksesan di panggung Eropa, bahkan di tengah tantangan domestik yang signifikan.

Trofi ini tidak hanya memberikan kehormatan dan keuntungan finansial, tetapi juga memberikan fondasi yang kuat untuk membangun masa depan klub.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun