Di akhir pekan, minggu terkahir libur Lebaran, saya memiliki perjalanan menantang ke salah satu desa bernama Lembang Rembo-Rembo yang lokasinya berada di pelosok bagian barat Kabupaten Tana Toraja. Maksud perjalanan tersebut adalah membawa rombongan lamaran perkawinan.Â
Adapun rombongan keluarga laki-laki juga berasal dari pelosok barat Tana Toraja yang berbatasan dengan Kabupaten Enrekang, yakni dari Lembang Rano Tengah, Kecamatan Rano. Meskipun kedua desa berada di tapal batas Kabupaten, tetapi tidak ada jalan penghubung karena kondisi geografis. Sehingga, jalan memutar masuk kota Makale menjadi satu-satunya jalan ke Rembo-Rembo dari Rano.
Kurang lebih seratusan orang dari rombongan keluarga laki-laki yang berangkat ke rumah keluarga perempuan di Rembo-Rembo.Â
Perjalanan ini adalah perjalanan perdana saya ke Rembo-Rembo. Nama desa ini hanya saya dengar memiliki jalan ekstrim dan menantang dari warga, termasuk istri saya.Â
Awalnya, saya berniat menggunakan sepeda motor X-Trail. Namun, pihak keluarga meminta saya mengendarai mobil.Â
Sebenarnya, istri melarang saya mengendarai mobil ke sana. Ia memiliki alasan kuat karena beberapa minggu yang lalu, ia dan rombongan tim Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Toraja telah kembali dari sana. Mobil dinas 4x4 yang digunakan saat itu sempat didorong berkali-kali karena jalan ekstrim berbatu dan licin.
Namun, mempertimbangkan pelayanan dan bantuan kepada keluarga saya memutuskan untuk mengendarai mobil. Sekilas, mobil saya bisa melalui medan ke sana, yakni jenis Toyota Kijang Krista, ya mobil lawas yang memang banyak dimanfaatkan sebagai angkutan penumpang lintas kampung di Tana Toraja. Kaki-kakinya cocok melewati medan tanah dan berbatu. Saya mengangkut empat penumpang ditambah logistik di bagasi.Â
Sekilas Lembang Rembo-Rembo
Lembang Rembo-Rembo dulunya adalah nama sebuah kampung dengan nama Rembon. Hanya saja nama kampung diubah menjadi Rembo-Rembo karena nama Rembon sudah ada sebagai nama Kecamatan di Kabupaten Tana Toraja. Rembo-Rembo pun dulunya tergabung dalam satu desa Bittuang saja. Melalui pemekaran wilayah, Rembo-Rembo kemudian menjadi satu desa (lembang dalam bahasa Toraja).
Adat Garogok diberlakukan dalam penerapan kearifan lokal di Rembo-Rembo. Garogok sendiri adalah nama satu kampung lain di Rembo-Rembo. Prosesi lamaran secara adat pun memberlakukan adat Garogok. Termasuk prosesi lain dalam kehidupan sehari-hari.Â