Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Penyamun di Sarang Perawan

12 April 2024   18:55 Diperbarui: 14 April 2024   05:13 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi. Sumber: dokumen pribadi (Facebook Yulius Roma Patandean) 

Pengalaman 14 tahun yang lalu itulah yang membuat Pong Owen pada akhirnya memutuskan untuk membeli sebuah mobil bekas demi mendukung pekerjaannya sebagai guru. Tambahan pula, ia telah memiliki dua orang anak yang hampir setiap hari menemaninya ke sekolah. 

"Makale!" Sahut Pong Owen pada tiga rekannya yang dijemput di rumah ibu Anas. 

Ibu Anas, ibu Debby dan ibu Jeni segera naik Kijang kapsul edisi 2001 yang dikemudikan Pong Owen. 

Giliran penjemputan berikutnya adalah ibu Yuli di depan masjid. Ibu guru dengan ciri khas berkaca mata itu pun telah menunggu beberapa menit. 

"Berangkat!" Kembali Pong Owen menyapa ibu Yuli untuk kesekian kalinya. 

Ibu Yuli yang paling senior dari mereka berenam didaulat duduk di depan di samping Pong Owen. 

Jemputan terakhir adalah ibu Berthy. Ia adalah ibu guru modis sedikit tomboy. Meskipun sudah memasuki usia setengah abad, ia masih terlihat 27 tahunan. 

"Selamat pagi teman-teman."

"Selamat pagi, tas nya letakkan di sela-sela kaki saja ya."

Seperti hari-hari biasanya, perjalanan Pong Owen bersama lima orang bidadari guru selalu dipenuhi canda dan tawa. Pokoknya seru, hingga tak terasa tiba di sekolah. 

Selain ibu Yuli yang berkaca mata, ibu Berthy dan ibu Debby pun juga menggunakan alat bantu penglihatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun