Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Seorang Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Sisa Rapat dan Solusi Penanganannya

30 Maret 2024   12:36 Diperbarui: 30 Maret 2024   20:49 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah yang menumpuk di sebuah sekolah. Sumber: dokumentasi pribadi. 

Sampah, komoditi lingkungan yang sering terabaikan dan membawa dampak negatif bagi orang-orang di sekitarnya. Kondisi ini makin meluas manakala kesadaran warga makin menipis menanganinya. 

Pada umumnya, sampah diproduksi oleh rumah tangga. Akan tetapi, kebiasaan meninggalkan sampah justru datang dari kegiatan-kegiatan yang mengumpulkan orang. Workshop, mentang, rapat dan apapun pertemuan yang berlangsung selama sehari atau lebih, sampah sudah pasti akan menumpuk.

Tumpukan sampah terjadi dari sisa kotak atau wadah snack dan makan. Bayangkan saja jika peserta kegiatan 100 orang, maka akan ada minimal 200 kotak snack dan nasi yang menjadi tumpukan sampah. 

Memang biasanya panitia penyelenggara menyiapkan wadah tempat mengumpulkan sisa snack, makanan dan kotaknya. Akan tetapi, kelakuan peserta kegiatan, khususnya kegiatan yang tidak dilaksanakan di hotel, sampah akan dibuang begitu saja. Bisa di sudut ruangan, emper bangunan dan halaman.

Bagi penyelenggara pertemuan atau rapat di perkotaan, mungkin lumrah panitianya gerak cepat menangani sampah bekas snack dan makanan. 

Tetapi, kondisi sedikit berbeda ketika penyelenggaraan kegiatan dilakukan di daerah. Apalagi kegiatan dilakukan bukan di hotel, melainkan bangunan seperti sekolah. 

Tumpukan kotak nasi dan snack yang menjadi sampah. Sumber: dokumentasi pribadi
Tumpukan kotak nasi dan snack yang menjadi sampah. Sumber: dokumentasi pribadi

Pada umumnya, menyoal paket snack dan makanan bagi peserta rapat di daerah dipesan lewat warung. Ini berdasarkan pengamatan saya selama ini. Kotak snack dari bahan kardus dan stereoform mendominasi wadah. 

Sehabis sesi coffee break dan makan siang,  sisa sampah bukan hanya pada wadahnya. Melainkan sisa dari snack dan makanan itu sendiri. Sudah lumrah pula bahwa tak semua peserta rapat akan sesuai seleranya dengan paket snack dan makanan yang dihidangkan. 

Rata-rata, kotak snack dan makanan masih menyisakan sepotong atau satu kue utuh di dalamnya, ditambah air kemasan. Hal serupa terjadi pada paket nasi. Tak semua peserta menghabiskan makanannya. Setengah porsi dari nasi dan lauk tersisa. 

Bobot sampah rapat secara nyata bertambah. Persoalan bertambah ketika kegiatan rapat diselenggarakan dengan menumpangnpada gedung sekolah dan sejenisnya.

Sampah-sampah ditumpuk di emper dan halaman. Jujur, tingkat kesadaran peserta rapat masih rendah, bahkan ketika pesertanya dari kalangan pendidik sekalipun.

Sampah sisa snack dan makanan dibiarkan begitu saja teronggok di meja, kolong meja, sudut ruangan, emper dan halaman. Padahal, di sekitar lokasi sudah ada petunjuk untuk membuang sampah pada tempatnya. 

Kondisi dan perilaku seperti inilah yang menjadi tantangan sendiri bagi saya selaku koordinator guru penggerak dan koordinator pengajar praktik angkatan 9 di Kabupaten Tana Toraja. Perlu kebesaran hati, inisiatif dan ajakan yang harmonis agar masalah sampah bisa teratasi setelah kegiatan. 

Kegiatan Lokakarya Pendidikan Guru Penggerak tidak terpisahkan dari sesi pemberian paket snack dan makan siang kepada peserta, yakni Calon Guru Penggerak (CGP). Oleh karena latar belakang CGP yang beragam, maka perlakuan pada sampah pun ikut bervariasi. 

Dalam hal menumbuhkan kepedulian terhadap sampah di lokasi lokakarya, saya selalu mengajak rekan-rekan pengajar praktik untuk menjadi inisiator menangani sampah.

Tindakan langsung memungut dan mengumpulkan sisa snack dan makanan langsung kami lakukan setelah agenda kegiatan berakhir. Dos snack dan nasi kami sortir.

Jika sisa snack masih layak konsumsi, kami satukan di wadah yang bersih. Demikian halnya dengan air kemasan gelas yang belum diminum.

Untuk sisa paket nasi, sisanya juga kami kumpulkan. Jika ada rekan yang berniat membawa pulang sisa makanan untuk diberikan kepada hewan peliharaan, kami fasilitasi. 

Di sekitar lokasi kegiatan tak terhindarkan pula dari kehadiran anjing peliharaan warga sekitar. Agar sampah tidak berserakan, maka sisa nasi dan lauk disatukan pada tempat tertentu sehingga anjing-anjing tadi bisa menikmatinya dengan nyaman. 

Sampah berupa kemasan air mineral, stereoform dan kotak dari kertas kami kumpulkan di halaman belakang yang juga adalah tempat pengumpulan sampah. Selanjutnya kami bakar agar terhindar dari berserakannya sampah tersebut dari aksi hewan liar. 

Memang, tak sampai hati saya melihat pemandangan kue, nasi dan lauknya yang disisakan begitu saja. Ajakan kepada peserta kegiatan agar membawa pulang sisa makanannya tidak semua mengikutinya. Selebihnya adalah kebesaran hati saya mengumpulkannya.

Sisa makanan disatukan dalam kantong plastik besar. Saya bawa pulang ke rumah, untuk selanjutnya saya tempatkan di tempat khusus makanan sisa. Nantinya akan ada tetangga yang datang mengambilnya untuk dijadikan tambahan makanan buat ternak babi. 

Air kemasan mineral saya kumpulkan juga. Saya taruh di mobil untuk kemudian dimanfaatkan. Sisa ATK kegiatan pun saya bawa pulang untuk saya tempatkan ditempat sampah depan rumah. Akan ada pemulung yang bisa memanfaatkannya dibandingkan jika langsung saya bakar di lokasi kegiatan

Inilah bagian dari solusi menangani sampah di lokasi kegiatan rapat dan sejenisnya. Mungkin tak sesuai dengan juknis penanganan sampah yang ideal. Akan tetapi, kondisi, situasi dan karakter tak mungkin berubah dalam waktu singkat tanpa ada aksi nyata secara bertahap dan sustainable. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun