Mohon tunggu...
Desi Triyani
Desi Triyani Mohon Tunggu... Teacher -

www.destinyour.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

The Naked Traveler 2

3 November 2011   08:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:06 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

When Your Book Only a Page The world is a book and those who do not travel read only a page – Saint Augustine. Kalimat ini tertulis pada bab “Tidak Ada Alasan untuk Tidak Jalan-Jalan”, di buku The Naked Traveler 2. Refleks saya bepikir, berarti ‘buku’ saya almost only a page ya. Karena memang jarang sekali arrange special schedule untuk ‘traveling’, even long holiday (prioritas alokasi dana, saking minimnya). I prefer having holiday with some books, spend all day long in book stores (numpang baca buku). Kecuali ‘traveling’ di sini maknanya diperluas (bukan sekedar vacation). Jadi dinas, meeting, seminar, pelatihan, dauroh, mukhoyam atau setiap kegiatan yang pergi keluar kota masuk ketegori itu. Hehe. Change Your Mind Set Pertanyaannya, apakah agenda itu benar-benar sejatinya ‘jalan-jalan’? Buat saya, 2-6 tahun yang lalu, mungkin jawabannya tidak. Karena, mind set-nya belum dirubah. Tiba ditempat, disuguhi crowded dan hecticnya agenda, evaluasi dan rapat internal yang setia mengiringi ditambah berbagai masalah yang tak kunjung henti ‘bermekaran’ layaknya musim semi -demi menggapai keberhasilan acara-, apalagi diamanahkan sebagai leader, belum lagi menyiapkan bahan plus bikin laporan akhir sukses menggelayuti pikiran, berkompilasi menjadi satu, just called it -beban moral- really in a rush. Ketika, baru mau berniat menikmati, ternyata sudah harus pulang. Sedih. Jelas ini kesalahan management waktu dan diri. Tell to Your Self : Enjoy Every Single ‘Trip’ Whatever Its Purpose, then It Becomes a Journey Mungkin dulu saya terlalu serius dan bodoh :p, perjalanan berlalu hanya seperti menggugurkan kewajiban. Tapi, bukan berarti semua itu menjadi perjalanan tanpa makna atau tanpa manfaat. Jelas ada. Hanya saja, ada added value yang harusnya bisa di explore lebih, tapi tertinggal. Rasanya untuk mencuri-curi waktu dari rentetan agenda pun tidak sempat (baca : sok sibuk), meski hanya untuk sekedar internalisasi diri di wilayah baru melalui alam, sosial atau budayanya. Payah. Dan saya pun bertekad, on the rest of my life, I’ll never let ‘the chance’ wasted away. Kenapa ‘chance’? Iyalah, buat orang yang minim budget seperti saya, itu adalah kesempatan, going to a new place -free charge- even it’s just meeting for a day, pasti ada banyak hal yang bisa dipelajari, makanya ada pepatah it’s not about the destination, but about the journey. Dan saya pun berkata kepada diri saya sendiri enjoy your every single ‘trip’ girl, whatever its purpose, then it becomes a journey… Apa Yang Menarik dari TNT 2? Kalau kebanyakan orang membaca TNT, mulai dari 1, 2 lalu 3, saya terbalik. Itu semua juga boleh minjem plus berkunjung ke webnya sekali-sekali. Trik menekan anggaran pembelian buku. Hehe. Karena sudah dapat pinjaman, jadilah dalam round trip ke Bandung, saya eksekusi buku ini. Di bukunya yang ke-dua ini, Mba Trinity banyak memberikan panduan, dan sisanya, seperti biasa, ia mengexplore setiap tempat yang dikunjungi dengan cara yang berbeda. Pengalaman yang sering tidak terduga saat melakukan perjalanan, baginya jauh lebih berwarna daripada sekedar hanya menggambarkan keindahan suatu tempat, meskipun agak bebas, menurut saya ya. Peace Mba. Apa yang menarik dari TNT 2 ini? Let’s check this out! Indonesia Ancestor Negara Palau Dari buku ini, saya baru mengetahui kalau orang Indonesia itu ancestor negara Palau yang lautnya terkenal sebagai rumah 1.300 jenis spesies ikan dan 700 jenis spesies karang laut, terletak di Micronesia, Samudra Pasifik. Ada jenis ubur-ubur yang hanya dimiliki oleh Indonesia dan Palau. Namanya stingless jellyfish. Ubur-ubur yang kehilangan kemampuannya menggigit akibat tidak adanya predator di air, yang terperangkap di atol sejak jaman prasejarah. Di Indonesia terletak di sebuah danau, di Pulau Kakaban, Kalimantan Timur. Pertanyaannya, dimanakah letak kedua tempat itu? Hikss. Kasihan sekali saya. Tayangan TV di Vietnam Lucunya, ketika saya membaca bab tayangan TV di Vietnam. Katanya, semua tayangan berbahasa Inggris di-dubbing dalam bahasa Vietnam. Dan tahukan anda? Semua dubbing hanya ada satu suara, yang dilakukan oleh seorang ibu-ibu! Hehh?! Nonton Naruto di Global TV yang di-dubbing segitu bagusnya saja masih terasa janggal, mending audio asli terus subtitle Inggris atau Indonesia deh, atau pas nonton Korean Drama di Indosiar yang di-dubbing ke bahasa Indonesia, ini lebih aneh. Nah, kebayang seperti apa kalau nonton TV di Vietnam. Mba Trinity pun berasumsi, pasti si ibu-ibu tukang dubber tunggal senegara Vietnam ini kaya raya sekali. Saya ketawa geli sendiri di tengah perjalanan menuju tol Cipularang. Jadi kepikiran apply side job jadi dubber (lho?). Hehe. Si Bule ‘Bercokol’ Dimana-mana Ironisnya, cerita dari Labuan Bajo, tempat persinggahan para turis yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Komodo. Hampir sebagian usaha hotel, restoran dan dive operator di sana dimiliki bule. Selain itu, sangat jarang pula ditemui turis lokal di sana -ini, saya turut berkontribusi- dan ternyata Taman Nasional Komodo itu dioperasikan oleh perusahaan luar -saya baru tahu-. Beberapa pulau bahkan pernah jadi sengketa karena dimiliki oleh warga asing. Pulau Bidadari yang dimiliki orang Inggris dan Pulau Sture oleh orang Malaysia. Hhmm… And Others… Ada lagi cerita tentang polisi kita dengan ‘pungli’nya yang terkenal, naik balon udara di Cappadocia-Turki, Trekking ke glacier di New Zealand, bungy jumping di Macau Tower, pergi ke Donsol di ujung selatan pulau Luzon-Filipina untuk berenang bersama Whale Sharks -ikan terbesar di dunia yang panjangnya bisa sampai 18 meter dengan berat 40 ton-, hingga lebaynya Dubai, saya sih hanya iseng berpikir, kalau Gubernur DKI Jakarta itu Sheikh Muhammed bin Rashid al Maktoum, gimana ya? Hehe. Masih banyak cerita dan pengalaman penulis yang di tuangkan di buku ini. Hanya satu yang kurang, foto-fotonya kurang Mba. As usual, membaca tidak akan membuat kita rugi. Ada banyak pesan moral yang bisa didapat dari Mba Trinity, meskipun sederhana. Buku ini dapat menjadi teman perjalanan yang baik untuk anda. Selamat membaca.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun