Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Jadi Bapak “Instant” Petenis

14 Mei 2016   15:29 Diperbarui: 14 Mei 2016   15:45 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak gempor di pinggir lapangan tenis

Tidak mudah menelurkan atlet. Percaya atau tidak silahkan tanya ke orangtua atlet. Persoalan yang dihadapi mulai dari dana, daya tahan orangtua dan anak serta semangat si orangtua dan anak itu sendiri pada cabang olahraga yang ditekuni. Belum lagi frekuensi pertandingan dan juga pelatih yang tepat yang dapat melatih teknik, emosi serta daya pikir si atlet.

Ini sekelumit cerita mengenai perjalanan kami mengikuti pertandingan Kejuaraan Nasional Remaja Piala Bupati Muba yang dioperatori oleh AFR awal Mei 2016. Mengikuti pertandingan tenis di wilayah Sumatera bukan perkara mudah. Butuh stamina, kesabaran, manajemen keuangan dan juga pertemanan serta doa.

Mulai dari rencana keberangkatan yang harus dari jauh hari direncanakan. Pencarian bantuan dana, mencari teman yang bisa dipinjami mobil, sampai berbicara kepada orangtua yang anaknya ingin ikut main tenis.

Ini salah satu untungnya Kabupaten Lahat, Bupatinya, H Saifudin Aswari Riva’I atau lebih beken dipanggil Kak Wari, hobi olahraga. Hobinya otomotif, tetapi secara umum juga mendukung seluruh cabang olahraga. “Saya tidak membeda-bedakan cabor (cabang olahraga). Kita dukung dan bantu sesuai dengan porsinya. Pengembangannya,” kata Wari.

Bupati Lahat H Saifudin Aswari Riva'i
Bupati Lahat H Saifudin Aswari Riva'i
Sudah ngomongin Kak Wari, sekarang kembali ke tenis. Singkat cerita, terkumpullah tujuh anak. Umur termuda 8 tahun dan tertua 16 tahun. Dua perempuan, Yuli dan Tiara. Ada lelaki, Ade, Daffa, Zaki dan Nando serta Faiz. Tujuh anak inilah yang melakukan perjalanan darat sepanjang kurang lebih 200 km dari Kabupaten Lahat, Muara Enim, Pali dan masuk ke Sekayu, Ibu Kota Kabupaten Muba. Dua petenis lainnya yaitu Rafi yang sekolah SMU di Bandung menyusul dari Bandung dan Ewong menyusul dari Palembang karena sesuatu dan lain hal, Ewong berangkat terlebih dulu.

Anak-anak ini memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Tujuannya, satu yaitu ikut kejuaraan tenis di Muba. Ternyata ketika kumpul, ampun dj. Karakter mereka muncul. Karakter lucu sebenarnya. Nah, artinya harus ada bapak instant untuk anak-anak ini agar karakter yang baik terpelihara dan karakter yang kurang baik menjadi hilang serta mereka mendapat tambahan karakter-karakter baik lainnya.

Beberapa contoh yang membuat tersenyum geli adalah, permintaan untuk pipis di perjalanan. Satu minta pipis di pinggir jalan tinggal cari pohon dan lepas hajat di balik pohon, satunya lagi harus di tempat yang ada airnya. Nah, akhirnya dengan sabar sampai dan dapatlah tempat yang ada airnya. Wak wak wak.

Belum lagi, soal ngemil. Aduh, ini juga kadang jadi persoalan, karena ada yang mudah lapar dan ada yang sabar. Yang mudah lapar bilang, “Om aku kalo laper dak biso mikir. Pengennyo nak makan tu lah?” kata salah seorang anak. Ya, dijawab, “sama”. Lah, sebagian besar jalan merupakan kebon karet dan hutan, di mana cari warung makan. Padahal dalam mobil banyak camilan loh. Ha ha ha ha.

Tidur, ada yang baru bisa tidur kalau ada guling. Tidak masalah, untungnya si anak berterus terang pada bapak-bapak instant, sehingga dicarikanlah guling. Kalau tak bisa tidur, kan besoknya gak bisa bertanding. Ngantuk.

Anak-anak, kalau sudah kepepet itu, biasanya akan mengaku. Padahal si anak ini, cukup berani loh. Kalau malam, dia suka cerita jae langkung lah dan cerita-cerita hantu Indonesia. Teman-temannya sendiri pun dibuat takut. Uppsss, ternyata eh ternyata si jago cerita hantu ini, untuk kencing malam hari saja, si anak minta tolong pada temannya untuk menemani di pintu kamar mandi. Nah, kamu ketahuan. Wak wak wak

Ada yang jahil. Kerjanya mengganggui temannya sendiri. Pokoknya selalu diganggui tuh teman. Mulai dari handuk, sepatu, kaos dan barang kecil lainnya. Bahkan menjelang tidur, si anak ini keluar kamar penginapan dan mendekati jendela dari luar sambal mengeluarka suara menyeramkan untuk menakuti. Semua anak pun lari kocar-kacir keluar kamar. Aduh biyung. Biyung. Anak-anak ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun