Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga Unik Adanya, Poligami Oke

20 Juli 2019   13:13 Diperbarui: 20 Juli 2019   13:34 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: all-free-download.com

I

Setiap keluarga itu unik adanya. Tidak ada keluarga yang sama. Kalau ada keluarga yang sama maka daku akan mengucapkan hebat. Jempol dua.

Keluarga yang sama itu misalnya penghasilannya sama. Perilakunya sama. Pola pikirnya sama. Pekerjaannya sama. Nah, kalau ada keluarga yang bisa salin tempel seperti itu keren banget.

Kompasianer yang sudah menikah  cubo  direnungkan. Bagi kompasianer yang belum menikah, boleh juga untuk mengamati dan menganalisis kerabat, teman atau orang lain. Adakah yang bisa salin tempel? Persis sama.

Artinya setiap keluarga itu unik adanya. Ada yang menjalankan keluarga dari jarak jauh. Ada yang bercinta berkali-kali kalau bertemu. Ada yang bercinta seminggu sekali. Lihatlah suami ataupun istrimu itu dengan penuh cinta. Maka akan ada perasaan unik. Kalau sama maka tak mungkin bersatu. Hayo! Benar nggak?

Ada suaminya yang bekerja. Ada suami-istri bekerja. Ada yang hanya istrinya saja bekerja. Demikian pula dengan anak. Ada yang gampang punya anak sebaliknya ada juga yang susah punya anak. Ada yang punya anak tunggal, ada punya anak lima. Jadi bermacam-macam kan!

Jomblo, kemudian pacaran dan apapun bahasanya kemudian menikah sebagai bentuk pertanggungjawaban cinta. Sebagai bentuk ujian sesungguhnya umat manusia dalam bercinta. Mengasuh, mendidik, menyekolahkannya dan mengawinkan dengan orang yang dicintainya. Beranak pinak. Itu tanggung jawab yang dibabarkan oleh agama samawi.

II

Poligami itu singkat kata lelaki beristri lebih dari satu. Ada yang sukses, dua istri. Ada sukses, tiga istri. Bahkan ada yang sukses dengan empat istri.

Ada yang sukses kumpul dalam satu rumah. Begitupun dengan anak-anak, dari istri-istri yang dinikahi. Semuanya akur. Bersyukur.

Hidup bahagia tak kurang suatu apa. Semoga pula dengan anak-anaknya kelak. Semua juga sukses dalam pendidikan, sekolah dan juga ekonomi.

Ada yang sukses. Tentunya, ada juga yang berantakan. Berantakannya bisa jadi waktu berpoligami tidak izin istri. Ketahuannya secara tak sengaja. Atau boleh jadi istri muda mulai tak puas dengan pembagian jatah, baik lahir maupun batin sehingga membocorkannya dengan istri tua. Terjadilah neraka rumah tangga.

Ada juga yang wanti-wanti, istri akan memotong alat kelamin suami kalau ketahuan kawin lagi.  Tuh  senjata akan dikeringin dan dijadikan gantungan kunci. Siapa yang nggak kecut. Akhirnya main belakang dan ujungnya melarikan diri ketika ketahuan.

Ada yang poligami karena disuruh istri karena sudah mencoba dengan segala metode apapun termasuk bayi tabung tetapi belum juga mendapat keturunan. Kalau ternyata sperma suaminya yang buruk? Bolehkah istri minta cerai dan kawin lagi agar mendapat keturunan? Ataukah istri hanya tabung untuk melahirkan? Ataukah suami membolehkan istri berpoliandri?

Kalau ada yang bilang lebih baik poligami daripada berselingkuh? Silahkan. Kalau juga dibalik, lebih baik poliandri daripada selingkuh? Apa nggak bingung.  Yah,  istri menjajal  stuntman  itu banyak di pemberitaan. Silahkan dicari dijejak digital.

Tujuan kawin itu adalah ketenangan, kedamaian dan beranak pinak, menghasilkan keturunan yang hebat secara pendidikan, ekonomi dan juga kepemimpinan. Seksualitas kreasi dan prokreasi agar perkawinan itu terjaga dan membahagiakan. Seksualitas itu akhirnya menjadi benteng lembaga perkawinan.

Bagi kaum lelaki yang ingin menjalankan poligami sebaiknya dari awal perkawinan sudah menyatakan kehendaknya pada calon istrinya. Biar calon istrinya mikir. Kalau ditengah jalan baru disampaikan kan repot. Bisa saja istrinya berpikir macam-macam. Kalah kinyislah atau kalah kenyal dengan istri baru yang lebih muda. Atau mengangkat harkat dan martabat janda terlantar yang memiliki anak tak terurus.

Percayalah. Bagi kaum lelaki yang ingin menjalankan poligami dengan tujuan iman, berlaku jujur pada waktu pertama kali, ingin menikahi seorang perempuan maka pasti akan menemukan pasangannya. Pasangannya tak akan terkejut ketika hal itu benar-benar terjadi, bahkan ikhlas dan mendukung karena dari pertama kali memulai perkawinan sudah diingatkan.

Adakah lelaki yang berani jujur di awal? Bahkan ketika akan memulai untuk poligami melibatkan sang istri. Silahkan!  Jangan berhubungan dulu, baru ngomong dengan istri, itu namanya selingkuh. Hanya Tuhan, lelaki dan perempuan serta istri yang tahu pikiran masing-masing. Jangan tipu Tuhan karena Tuhan itu sangat dekat dengan urat leher.

III

Perkawinan, poligami dan seksualitas. Tiga kata ini tak akan lekang hingga akhir zaman. Pro dan kontra akan melingkupinya. Sama halnya dengan kehidupan malam dan juga prostitusi. Mereka akan mencari jalannya agar tetap bertahan.

Bila mampu dan bisa berlaku adil maka akan sukseslah berpoligami. Sebaliknya, berpoligami itu bisa menganiaya perempuan. Perempuan akan teraniaya, tersakiti bila tidak disiapkan dari awal, begitupun dengan anak-anak, bisa menjadi korban yang sering tidak diperhitungkan. Berantakan. Jadi kawinlah dengan perempuan yang siap untuk dipoligami.

IV

Semua individu bisa kawin, bisa berpoligami dan juga bisa berkreasi dan berprokreasi. Tujuan kawin dan berpoligami serta berkreasi dan berprokreasi akan berbeda satu dengan yang lainnya. Mereka akan dilatari dengan pendidikan, lingkungan dan juga pengetahuan plus keimanannya.

Tulisan ini hanya menyentuh epidermis, silahkan dikuliti dari berbagai sudut pandang. Kejujuran untuk tak mendua, untuk tak berbohong adalah pekerjaan yang paling sulit dilakukan oleh siapapun yang sudah merasa hidupnya dipenuhi dengan iman.

Setiap keluarga itu unik adanya. Ada yang monogami dan ada juga yang juga poligami. Semua tertuju dengan pasangan (lelaki dan perempuan) yang bertujuan membentuk keluarga. Jangan ribut soal kata monogami dan poligami karena terkadang kita lupa dengan anak yang dihasilkan. Itu juga butuh tanggung jawab untuk membesarkannya (pendidikan, kesehatan, kesejahteraan) agar mereka bisa berdaya saing menghidupi diri dan juga keluarga serta bermanfaat bagi lingkungannya.

Masing-masing keluarga itu unik. Mau monogami ayo. Mau poligami oke. Jangan berselingkuh.

Salam Kompal

Tulisan ini tidak menggambarkan kebijakan Kompal sebagai komunitas tetapi merupakan pendapat pribadi untuk merenung di hari Sabtu.

Salam dari Puncak Punggung Bukit Barisan Sumatra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun