Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Salahkan Hasrat

9 Juli 2019   20:57 Diperbarui: 9 Juli 2019   22:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wallpapercave.com

Pilu, teriris sembilu hatiku membaca suami yang membacok istrinya sendiri karena menolak diajak untuk berhubungan seksual. Haruskah sampai membacok dan melukai orang yang kita cintai hanya karena tidak diberi jatah, bahasa preman rumah tangganya?  Mabokkah  atau gilakah itu lelaki?

Komunikasi cintanya mana? Apa sudah nggak pernah bilang,  I love you honey.  Aku tresno kowe.  I love U full.  Abang demen ame eneng.   Aink bogoh ka sia.  Apa tidak pernah menggoda istri terlebih dulu. Bisa juga sebaliknya.

Duh biyung-biyung.  Kenapa hubungan yang semestinya penuh cinta kasih dan kasih sayang serta membahagiakan lalu menjadi urusan kriminal.

Otak, mana otak? Apa sudah  dipake  oleh umek dan bik cik untuk buat otak-otak.

Sebagai lelaki (tidak mewakili siapapun) kecewa dengan tindakan membacok istri. Apa yang dilihat pada orang yang dulu diinginkan untuk menjadi pasangan hidup semati seperjuangan dalam susah, senang, sakit. Sebenci-bencinya bila emosi lihatlah dia dengan menurunkan tensi. Bila perlu diri ini yang meminta maaf kalau ditolak.

Apakah kelelakian akan berkurang? Tentu tidak. Kelelakian itu justru ditunjukkan ketika lelaki mampu menahan diri, mempermainkan dirinya sendiri dalam menghadapi emosi ataupun hasratnya.  Itu lelaki  mature.  Tak peduli  six pack  ataupun  one pack.

Lalu, kalau ditolak setiap kali minta jatah preman.  Ya,  ada yang salah dari cara mintanya. Cara minta  ya  tangan harus di bawah. Nggak ada rumusnya kan  kalau minta tangan di atas. Wajar ditolak. Wajar kalau  dikeplak.

Bicarakan dong! Masalahnya apa? Cari solusinya. Jangan cari menang sendiri.

Kamu pikir enak jadi perempuan, tinggal ngangkang saja. Sakit tahu. Itu  vulnus punctum,  kalau kurang gairah atau pemanasannya kurang, sakitnya luar biasa. Kamu  pikir enak jadi lelaki, tinggal dorong-dorong saja. Susah tahu. Kadang nafsu tenaga kurang. Itu kadang bikin emosi. Satu sisi kepengen, sisi lain apa daya.  Eit  yang nulis emosi.  Hik hik hik.

Sebenarnya dalam hubungan seksual layaknya suami istri, hasrat itu bisa terjadi pada istri ataupun suami. Manusiawi. Istri kadang ingin, suami lagi lelah. Suami kadang ingin, istri lelah. Keinginan itu wajar.  Lah  itu salah satu kenikmatan dunia. Paling enak kalau istri dan suami bisa menjaga hasrat untuk sama-sama berhasrat.

Main paksa apalagi sampai rudapaksa dalam hubungan suami istri itu tak elok. Akan ada rasa sakit baik lahir maupun batin. Pasti akan jadi ingatan dan pasti setiap kali hubungan rasa trauma itu akan muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun