"Palembang," kataku sambil duduk.Â
"Ini adalah salah satu kelenteng tertua di Bangka. Berdiri sejak 1846."
"Sudah tua sekali ya, Mpek."
Aku kembali celingukkan melihat ke dalam dari jendela. Asap dupa membumbung memenuhi ruangan. Samar-samar aku melihat beberapa orang sedang sembahyang.
Mereka bergerak dari satu altar ke altar lainnya. Gerakannya ritmis. Penuh konsentrasi.
Akhirnya mataku membelalak melihat seorang perempuan yang kuyakini itu adalah Prameshwari. Perempuan tersebut terlihat berada di depan altar utama. Gaya rambutnya khas. Pundaknya khas.
Pramesh... kamu selalu mempermainkan perasaanku.
Setelah meyakini perempuan yang kucari berada di dalam kelenteng, hatiku menjadi tenang. Sayup terdengar lagu mendayu dari radio tape kecil di depan Mpek. Iramanya begitu tenang, suara perempuan yang menyanyi  juga lembut.
Ni wen wo ai ni you duo shen
Wo ai ni you ji fen
Wo de qing ye zhen