Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temui Aku!

11 November 2017   14:18 Diperbarui: 11 November 2017   18:01 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamu memecahkan telur saja sampai jemarimu membentuk hati I Foto OtnasusidE

Akupun bengong. Temanku pun mendorongku dan memberi kode untuk mengikuti sang pembawa berita. Akupun berjalan mengikuti si pembawa berita. Sambil berjalan dia berkata, “Dia sekarang ada di Air Rengit. Koskap Publik Health.*) Kau harus cepat,” ujarnya sambil masuk ke dalam mobilnya.

Aku akhirnya tersadar. Penari yang selama ini aku cari tiba-tiba muncul.  Waktu terus berjalan.  Kalau aku bengong terus artinya aku akan kehabisan waktu.

Akupun mencari Gung, temanku yang punya motor RX King Cobra.  Gung pun cuma bisa melongo ketika aku mengambil kunci motornya dengan berkata pinjam dulu motornya. “Mau ke mana? Motor baru diisi,” tanyanya. Aku tak menjawab.

Motor langsung kupacu ke arah Simpang Polda dan menerobos cepat ke arah Talang Betutu. Hingga KM 20 luar kota akhirnya aku sampai ke simpang tiga. Akupun bertanya ke arah mana Air Rengit dan ditunjukkan ke arah Pantai Timur Sumatra. Debu pun berterbangan ketika aku memacu motor dengan kecepatan tinggi memasuki jalan tanah Desa Air Rengit. Sisa 20 menit lagi.

Untungnya, ada tanda seng bertuliskan Posko FK Unsri di sebuah persimpangan perkebunan karet dan kelapa sawit. Di Posko itu aku berhenti.

Debaran jantungku membuatku hampir tak bisa menguasai diri. Dengkul gemetar. Aku melihat sang penari duduk di samping sebuah rumah.

“Akhirnya datang juga. Sepuluh menit lagi lewat satu jam,” katanya sambil melirik jam tangannya.

Akupun dimintanya untuk duduk di hadapannya seperti pesakitan. Di meja ada teh. Dua telur dalam  mangkok. Ada roti abon sapi.

Tangannya kemudian memecahkan telur dengan sendok. Dan kemudian dengan kedua jempolnya cangkang telur dipecah menjadi dua dan meleleh telur setengah matang. Dua telur setengah matang itu lalu diberi merica. Aku terpana memandangi caranya dan jemarinya.

“Silahkan. Telur setengah matang ini aku buat dengan penuh perhitungan. Jika dirimu datang lebih dari satu jam maka dipastikan telur ini menjadi dingin dan kurang enak”.

Seperti dihipnotis akupun makan telur setengah matang yang disodorkannya dengan lahap. Tak sampai tiga menit dua telur itupun ludes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun