Mohon tunggu...
Ananto W
Ananto W Mohon Tunggu... Administrasi - saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

pernah bekerja di sektor keuangan, ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Gagal di Tahun 2030 Menurut "Ghost Fleet"

22 Maret 2018   08:00 Diperbarui: 28 Maret 2018   20:49 2494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: jactionary.com)

Ramai kutipan buku Ghost Fleet : A Novel of the Next World War oleh Ketum Gerindra Bapak Prabowo Subianto. Indonesia dikatakan bubar di tahun 2030. Kutipan pidato Ketum Gerindra itu ditayang di Facebook resmi partai pada hari Minggu lalu.

Novel itu termasuk jenis fiksi menegangkan (thriller) perang- teknologi  dikarang oleh P.W Singer (analis militer dan pengarang buku non fiksi) dan August Cole (bekas reporter bidang pertahanan Wall Street Journal), diterbitkan pada 2015. Novel itu mengikuti jejak pengarang populer Tom Clancy. Dengan uang antara 200-300 ribu (masing-masing harga buku saku dan sampul keras) novel itu bisa dibeli bagi yang berminat.

Pada 19 September 2017, di Universitas Indonesia, Bapak Prabowo menyerahkan tiga buku, termasuk novel tersebut. Dalam pidatonya beliau menyebut novel itu dikarang oleh dua ahli strategi, berkisah mengenai perang antara China dan AS. Yang menarik, ujarnya, mereka meramalkan para tahun 2030 Indonesia sudah tidak ada lagi.

Lantas mengapa buku fiksi itu dianggap sebagai studi yang pantas dikaji oleh Bapak Prabowo ? Coba baca sendiri kutipan dari novel tersebut berikut ini :

Halaman 13

Kira-kira enam ratus mil selat antara bekas Republik Indonesia dan Malaysia kurang dari dua mil lebarnya jarak yang terdekat, hampir tidak membagi masyarakat otoriter Malaysia dari anarki yang mempurukkan Indonesia setelah perang Timor kedua.

Halaman 19

Ketawa sopan dari 15 orang lain bangsa menimpali gurauan.

"Latihan bersama China-AS untuk mengamankan perairan di bekas negara Republik Indonesia menjadi petanda kerjasama kita di masa depan akan kuat," kata Jenderal Wu. " tetapi untuk tetangga-tetangga  kita di utara saya tidak bisa bilang sama."

Halaman 29

Harus. Menuntut. Itu adalah kata-kata kekuasaan, juga tanggung jawab. Kita sekarang harus menghadapi tuntutan-tuntutan yang membentuk nasib kita sendiri. Nasib Amerika membimbing mereka mencari tanah, kemudian berdagang, kemudian minyak, tetapi mereka menolak memahami bahwa tuntutan-tuntutan jaman ini juga ada pada kita juga. Meskipun mereka tidak membutuhkan sumberdaya energi dari luar yang dulu dijangkau dan dikuasai, kita masih menanggung gangguan mereka terhadap kepentingan kita di TransJordan, Venezuela, Sudan, Emirat dan bekas Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun