Mohon tunggu...
Osya Wafir
Osya Wafir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An English Graduated Student, kinda wordsmith, an avid reader, and so-called humorous. Yet, people won't know me just as simple as that, since I'm kinda hard to guess. So, just dig me deeply and judge me never! But one thing for sure, I can never be bought by beautiful words since I'm a wordcrafter and I know that not all beautiful words indicate the truth.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Timbunan "Mengapa"

20 Maret 2014   20:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada banyak timbunan “mengapa” dalam kepala.

Mengapa seorang pemuda baik-baik harus tewas dibunuh perampok? Mengapa seorang gadis harus hancur hidupnya di tangan ayah kandungnya sendiri? Mengapa Israel harus ngotot merebut tanah Palestina? Mengapa Amerika harus menjadi Negara paling seenaknya? Mengapa pasangan suami istri yang begitu saling mencintai harus bercerai? Mengapa saya harus jatuh cinta jika pada akhirnya harus berpisah? Mengapa saya tak lagi bisa jatuh cinta setelahnya?

Mengapa; ia lebih dari sekadar rasa penasaran, sebuah pertanyaan yang seringkali melahirkan jawaban abstrak, pertanyaan yang lebih mirip sebagai ungakapan rasa marah, perih, tak lagi berdaya, nyaris putus asa, namun belum saatnya untuk menyerah.

Mengapa; sebuah ekspresi kekecewaan atas jalan hidup yang terasa menghimpit, menjepit, keraguan yang meradang, kebingungan yang tak mudah untuk diaksarakan. Namun, pada satu titik tertentu, ia mampu menghidupkan jiwa untuk memandang lebih ke dalam diri, bertanya pada nurani. Ia mampu menjelma cermin refleksi, memantulkan bayangan diri, membantu kita menanggalkan satu demi satu topeng kemunafikan yang terpasang tak kasat mata, hingga membiarkan kita telanjang dalam kejujuran.

Pun bagi saya, selalu ada masa di mana saya acapkali bertanya “Mengapa”. Berhari-hari tanpa jawaban pasti, larut dalam kemarahan yang terasa tak berujung pangkal. Sampai akhirnya, ia merangsak masuk, memaksa saya mendengarkan lebih jeli, lebih teliti.

Orang-orang bilang, “Bertanyalah pada orang yang sudah berpengalaman.” Tapi bagi saya, semakin banyak jawaban, semakin saya tak mampu mendengar suara hati. Kali ini, biarkan saya memutuskan sendiri, menemukan jawaban entah dari mana.

Jiwa, dengan sebuah proses yang tak bisa digambarkan menggunakan kata-kata, akan menuntun kita menemukan jawaban dari ‘Mengapa’. Entah melalui buku, papan pengumuman, siaran radio, atau seorang teman yang tiba-tiba mengoceh sesuatu. Ia bekerja dengan cara yang luar biasa. Saya percaya, jiwa tak pernah berbohong. Syaratnya hanya satu. Sadarilah, bahwa kita bukan sekadar tubuh yang berisi jiwa. Namun, kita lah jiwa itu yang bersatu dalam gerak semesta.

Suatu hari, kita akan bertemu seseorang atau mengalami sesuatu yang memberitahukan kepada kita jawaban dari pertanyaan ‘Mengapa’. Seseorang yang menyebabkan jiwa kita membuka diri ke luar. Jiwa akan memberitahu apa yang kita rasakan, berusaha mengerti dan dimengerti orang lain, dan ingin mengerti diri sendiri.

Lalu, dengan kekuatan sendiri, perlahan, kita akan menambahkan hal yang bisa kita lakukan satu demi satu.

Dengan begitu hal yang menyedihkan atau membuat marah akan bisa berkurang. Mantra ajaib; kata-kata penyemangat yang terdengar bagaikan mantra sihir. Ya, sebuah sihir jiwa. Sebab, saya yakin, hati manusia selalu bisa digerakkan oleh kata-kata.

*inspired by Kak Windy*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun