Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

22 April 2021   08:45 Diperbarui: 3 Mei 2021   10:19 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SMPN I Nagawutung Kabupaten Lembata, FloresTimur juga memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar masyarakat diberdayakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Para Guru memanfaatkan potensi lokal dalam proses pembelajaran dan bahkan juga ada yang dijadikan sebagai hasil kerajinan yang bernilai ekonomi. Dalam hal ini diterapkan sebuah model pembelajaran berbasis media berbahan lokal yakni ppenggunaan media "kataka" (Kotak Berkata) dalam penerapan model pembelajaran kooperatif.

Kataka (kotak berkata) merupakan media pembelajaran yang terbuat dari bahan lokal seperti; anyaman daun lontar, tempurung, bambu, dan lain-lain. Selain itu bahan lokal juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar produk bernilai ekonomi misalnya; kursi dari bambu, bunga dari daun jagung, dan daun lontar, dan lain-lain.

  • Internalisasi Budaya Gemohing dan Seni Budaya Kreatif

Hal ini diterapkan sesuai kurikulum sekolah yang menempatkan mata pelajaran Pertanian dan Seni Budaya berbasis kearifan lokal Lamaholot. Luas lahan SMPN 1 Nagawutung yang mencapai 3,5 ha dimanfaatkan juga sebagai kebun sekolah. Sejak di dirikan pada tahun 1986, SMPN 1 Nagawutung telah memiliki puluhan tanaman jati, jambu mete, cendana, dan banyak tanaman lain yang dimanfaatkan sebagai aset sekolah. Siswa belajar secara langsung bagaimana memanfaatkan potensi sumber daya alam dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Gemohing menjadi fokus utama mata pelajaran pertanian berbasis kearifan lokal. Sebagian besar orangtua siswa SMPN 1 Nagawutung bermata pencaharian petani. Masyarakat Lamaholot memiliki suatu budaya gotong-royong yang dikenal dengan sebutan gemohing. Gemohing biasanya dipraktikan dalam bidang pertanian, membangun rumah atau pun pendidikan. Dallam kaitan dengan pembelajaran di SMPN I Nagawutung siswa belajar bercocok tanam sekaligus menginternalisasi nilai gotong-royong, toleransi, dan saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari.

Tarian daerah sebagai salah satu ciri khsa budaya Lamaholot, juga dikembangkan dalam proses pemebelajaran seni budaya di SMPN 1 Nagawutung. Dalam penerapannya, siswa diberikan kesempatan untuk menggali berbagai bentuk ciri khas budaya Lamaholot yang dapat dikembangkan misalnya tarian daerah, cerita rakyat, pakaian adat, makanan lokal, nyanyian adat, dan sebagainya.

  • Penerapan Model pembelajaran Berbasis Pendidikan Nasional

Selain menerapkan sistem pendidikan berbasis kearifan lokal, SMPN 1 Nagawutung juga menerapkan sistem pendidikan berbasis pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional di sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 atau K 13. Sistem pendidikan nasional yang menggunakan kurikulum 2013 ini, juga sangat membantu siswa-siswi di SMPN 1 Nagawutung dalam mengerti pelajaran-pelajaran nasional lain.

Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan. Pada tahun ajaran 2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013, Kurikulum 2013 diimpelementasikan secara terbatas pada sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah Dasar, kelas VII untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah perintis adalah sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku.

Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional (seperti PISA dan TIMSS) sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, nomor 60 tahun 2014 tanggal 11 Desember 2014, pelaksanaan Kurikulum 2013 dihentikan dan sekolah-sekolah untuk sementara kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kecuali bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang sudah melaksanakannya selama 3 (tiga) semester, satuan pendidikan usia dini, dan satuan pendidikan khusus. Penghentian tersebut bersifat sementara, paling lama sampai tahun pelajaran 2019/2020 (https://id. Wikipedia. Org/wiki/Kurikulum 2013 diakses pada tanggal 16 April 2020 di Seminari Montfort Malang)

2.3.2. Manfaat Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di SMPN 1 Nagawutung, Kabupaten Lembata

Adapun manfaat dari pembelajaran berbasis kearifan lokal ini antaralain; Siswa semakin mengenal dan mencintai budayanya sendiri, menumbuhkan semangat untuk menjaga dan melestarikan budaya, dan siswa diharapkan mampu mengenal diri sendiri lewat pembelajaran berbasis kearifan lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun