Mohon tunggu...
MariaM
MariaM Mohon Tunggu... Lainnya - Peracik

Pejuang Di Bawah Nabastala. Aku menanti ditempat penantianku menunggu apa yang akan dijawabNya atas doaku. Aku tahu Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencanaNya yang gagagl. Jangan lemah semangatmu karena ada upah bagi usahamu. ♥💪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secup Tiramisu

20 Mei 2023   11:16 Diperbarui: 20 Mei 2023   11:18 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

Raja siang perlahan tebarkan teriknya, aku yang menanti dibalik Kedai Kopiku mulai layu oleh penantian yang tak kunjung membuahkan hasil. Hari itu suasana sangat hening nan sepih seolah semua insan beralih ke langit. Tiba-tiba engkau datang  laksana fajar merekah menyegarkan jiwa yang hampir layu. Jantungku melaju begitu cepat layaknya kecepatan VR 46. Ia begitu bersukacita atas kehadiranmu. Sorot matamu memandangku penuh kasih seolah merasakan tepukan sukacita yang bergelora di jiwaku. Senyum tulus tanpa cela terus mengalir dari pipi indahmu.

 Sementara aku memutar gerimis alias gerakan imi amas dengan menyodorkan papan menu. Mulutku bergetar tak karuan hingga tak satupun kata terangkai dari bibirku. "Nona ... buatkan aku minuman yang paling enak menurutmu," ucapan itu mengobarkan semangatku segala kaku sirna seketika. " Siap yang termomang,"jawabku dengan riang. Aku meracik secup tiramisu karena itulah minuman favoritku. Kutaburkan doa disetiap tetes minuman itu agar bisa menyegarkan jiwamu. Kutak menyangka kau menyukai pilihanku. Sederet pujian pun kuterima kala itu. Menurutmu racikanku amatlah sempurna bagai racikan ibumu. Yah sempurna karena telah kuselipkan doa paling serius. 

  Hatiku terus menggema melantunkan sebait sujud agar kita bertemu lagi. Semesta seakan mendukung sujudku hingga kita diizinkan bersua lagi. Kamu pun menjadikan racikanku pilihan dikala dahaga menyapamu. Tiramisu itulah minuman yang selalu kau order dari sekian barisan menu yang terpampang di papan menuku. Aku mencoba menawarkan pilihan menu yang tak kalah enak dengan tiramisu. Ternyata kamu tipikal yang tak mudah berpaling, apa yang membuatmu nyaman itulah yang akan menjadi pilihan sekalipun ada tawaran yang lebih wow dari itu.

  Aku salut dengan prinsipmu yang hampir sefrekuensi dengan pola pikirku. Kita yang awalnya begitu asing menjelma bagai sepasang kekasih yang selalu berbagi kasih. Perlahan aku mulai menyelam ke laman kisahmu hingga tahu banyak hal tentangmu. Aku terwow wow saat kamu bercerita tentang satu satunya wanita yang kamu cintai yaitu ibumu.  Katamu tak punya waktu untuk memandang wanita lain karena Ibumu selalu setia bersamamu. Aku tak begitu peka tentang kisahmu hanya relung kagum yang bergejolak. 

   Dari sekian cerita yang kita eja hari itu ada satu hal yang paling membekas dibenakku perihal kamu yang selalu menanti mentari terbit dibalik gelapnya malam. Aku berhipotesa ada hal besar yang begitu kau ingin terjadi dihidupmu hal yang tak mungkin bagi manusia. Tetapi aku tak pernah sedikitpun bertanya padamu tentang itu. Aku hanya menuangkan doa lewat secup tiramisu yang kau teguk. 

   Apa yang tak pernah didengar oleh telinga dipikirkan oleh hati itulah yang akan terjadi dihidupmu. Itu keyakinanku. Kamu menepuk bahuku lalu selarik kata penuh arti tereja dari mulutmu, jangan lemah semangatmu karena ada upah bagi usahamu. Damai dan sukacita senantiasa menyertaimu. Seharusnya aku yang berkata demikian namun kamu yang sedang dilanda badai malah punya waktu memberi berkat pada orang lain. Walau aku tak tahu pasti badai seperti apa yang menghantam jiwamu.Kamu terlihat baik baik saja semangat membara itu payungmu.

   Kamu istimewa di mataku tetapi aku tak punya nyali untuk mengatakannya padamu. Aku ingin menjadi wanita kedua di lembaran kisahmu. Kadang aku cemburu pada secup tiramisu yang kamu teguk. Ia hannyalah bubuk namun bisa menyatuh dengan tubuhmu. Sedangkan aku hanyalah peracik yang hanya bisa memujamu dibalik tirai hati. Seketika aku Ingin bermetamorfosa menjadi secup tiramisu maka dengan begitu aku bisa menyatuh dengan jiwamu. Tiramisu selalu menjadikan pilihanmu tak sedikit pun niat tuk berpindah rasa. Kamu memang setia, tak hanya pada ibumu namun dalam segala hal.

  Tiramisu yang awalnya sebatas pelepas dahaga kini menuangkan miss u all the time di cangkir hatiku. Kamu tiba-tiba menghilang bagai ditelan kabut  membuatku kehilangan  pelanggan terbaik. Aku selalu menanti dibalik jendela kedai kopi berharap Empunya semesta membuatmu kembali menikmati racikanku. Namun IA tak berpihak padaku walau kamu semoga yang kujadikan amin paling serius.

  Disabtu pertama bulan Juli kamu menjadi topik utama para penikmat racikanku. Ternyata kamu seorang pejuang kanker, monster tak beretitut menyelundup ketubuhmu. Namun itu tak meredup semangatmu, sinarnya menyalakan percikan cinta hingga kamu berhasil menjadi juara dihatiku. Kamu tahu sehancur apa diriku saat kabar itu tersiar ke telingaku ? Sakitnya seperti monster ganas yang berparasit ditubuhmu. 

  Aku tak bisa bayangkan bagaimana perihnya luka yang ditebarkan monster ganas itu membabat setiap detik dihidupmu. Apa kamu akan gugur dalam pertempuran itu? Pertanyaan itu terus berkeliaran dibenakku. Tetapi aku percaya  mentari yang selalu kau nantikan terbit dibalik gelapnya  malam akan terjadi bagimu karena tak ada yang tak mungkin selagi Tuhan belum memberikan titik dihidupmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun