Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Tempat Ganjar Pranowo Terpeleset Dekat Gunung Wukir (I)

25 Januari 2021   15:32 Diperbarui: 26 Januari 2021   11:17 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di puncak Gunung Tidar, Magelang, Kamis pagi 21 Januari 2021. Paku Jawa. Foto J.Osdar

Tapi dari alunan suara mereka menyampaikan kalimat-kalimat syair lagu yang mereka bawakan bisa membawa hati saya bersatu dengan pemandang alam dan kehidupan yang saya lihat sepanjang perjalanan tiga hari ini. Saya seperti sedang mendengarkan sebuah dongeng kehidupan dengan seluruh jiwa raga saya.

Ganjar dan Sutanto Mendut
Dalam perjalanan saya mengkontak lewat telepon dua orang yang saya kenal, yakni seniman dan budayawan Sutanto (Tanto) Mendut dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kebetulan sekali, tempat-tempat yang kami datangi berkaitan dengan kedua tokoh ini.

Perjalanan ini membuat saya bisa melupakan sejenak, ketakutan, kekhawatiran, kepanikan serta hal-hal tidak enak lainnya karena pandemi virus Corona. Saya merasakan di atas pandemi ada misteri kekuatan damai dan cinta kasih dari Sang Transenden, Tuhan Allah dan alam yang bernyanyi.

Selain itu saya juga tersentak penuh keharuan dalam perjalanan pulang ke Jakarta, ketika rekan saya bernama Alor melantunkan lagu ciptaan sahabat saya, Franky Sahilatua (almarhum), berjudul Pancasila Rumah Kita. Saya terharu dan keluar air mata di pipi.

Saya jadi ingat, ketika lagu ini dilantunkan di Gedung Parlemen, Senayan beberapa tahun lalu, Presiden RI 2001 -2004, Megawati Soekarnoputri terisak tangis sambil membawakan kembali beberapa kalimat syair Pancasila Rumah Kita.

Ketika bus rombongan kami melintasi wilayah Kabupaten Semarang dan memasuki kota Magelang, hujan turun. Namun ketika mendekati wilayah sekitar Candi Borobudur, tidak ada hujan, matahari bersiap-siap untuk melepaskan sinarnya yang terakhir Rabu senja itu.

Aura cinta kasih Borobudur

Suasana sepanjang Jalan Raya Dusun Gopalan, sisi selatan Candi Borobudur, Magelang, Kamis pagi jam 06.00 Wib. Foto oleh J. Osdar
Suasana sepanjang Jalan Raya Dusun Gopalan, sisi selatan Candi Borobudur, Magelang, Kamis pagi jam 06.00 Wib. Foto oleh J. Osdar
Pagi, sekitar jam 06.00 WIB, lima orang anggota rombongan olahraga jalan pagi menyusuri jalan raya di Dusun Gopalan, selatan Candi Borobudur. Stupa utama Candi Borobudur belum nampak jelas, masih samar-samar, sinar matarai pagi masih terhalang awan mendung abu-abu tipis.

Tapi fortune teller (ahli nujum, peramal) Acai Feriyanto setelah beberapa kali saya tanya, mengatakan, di stupa itu nampak sinar aura berbentuk cincin matahari pagi berwarna kuning.

"Itu adalah aura atau pancaran energi positif yang penuh damai dan cinta kasih. Aura yang muncul sejak ratusan tahun lalu itu menarik banyak orang dari berbagai suku, bangsa, agama, di dunia ini datang ke tempat ini," ujarnya. "Maka Candi Borobudur merupakan salah satu keajaiban dunia," ujarnya lanjut.

Sejak Maret hingga Juni 2020, Candi Borobudur ditutup bagi para pengunjung. Setelah dibuka, 25 Juni 2020 hingga Januari 2021, jumlah pengunjung dari dalam dan luar negeri sekitar 996.000 orang (selama tahun 2019 jumlah pengunjung sekitar 4,39 juta orang). Ini menurut General Manajer Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun