Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Membaca Bamsoet: Pejabat Jangan Bohong dan Buat Cemas

19 November 2020   18:31 Diperbarui: 20 November 2020   20:11 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua MPR Bambang Soesatyo (tengah) mengangkat palu sidang usai pelantikan pimpinan MPR periode 2019-2024 di ruang rapat Paripurna MPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/10/2019). (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI via kompas.com)

Selasa, 10 November 2020 lalu, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo meluncurkan bukunya yang ke-18 di Jakarta. 

"Pejabat memberikan informasikan yang menenangkan, bukan berita penuh kebohongan ; dan rakyat harusnya taat pada aturan, bukan melawan dan menantang...". Begitu bunyi satu kalimat dari bagian tulisan pendek di cover belakang buku baru berjudul Tetap Waras, Jangan 'Ngeres'.

Kalimat di cover belakang buku itu ditunjukan kepada saya, oleh Bambang Soesatyo alias Bamsoet, ketika saya tanya tentang bagian-bagian yang menarik dari kumpulan artikel bukunya. 

Memang kalimat yang menarik. Penunjukan kalimat tersebut memperlihatkan siapa Bamsoet itu. Dia adalah wartawan. Dunia wartawan masih melekat dalam diri mantan Ketua DPR ini. Pemilihan kata selalu harus diusahakan untuk menarik pembaca.

"Pejabat bohong " adalah inti dari daya tarik kalimat itu. "Ini boleh saya kutip sebagai pembukan tulisan? "Boleh dong," jawab Bamsoet dalam percakapan di kediaman resminya sebagai Ketua MPR di Jakarta, Sabtu sore, 7 November 2020 lalu.

"Bamsoet melakukan otokritik terhadap cara kita menghadapi pandemi COVID-19, yang menurutnya telah menghilangkan nalar kita sebagai bangsa. Pemimpin harusnya memberikan harapan, bukan menimbulkan kecemasan. 

Pejabat memberikan informasi yang menenangkan, bukan berita penuh kebohongan , dan rakyat harus taat pada aturan, bukan melawan dan menantang. Sudah seharusnya pandemi semakin mengukuhkan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan kita. Untuk tetap waras eling dan waspada."

Inilah bagian lengkap tulisan Bamsoet yang menghiasi cover belakang buku Tetap Waras Jangan 'Ngeres'. Tulisan itu ada di bawah gambar sosok Bamsoet mengenakan masker untuk menangkan virus corona masuk lewat lobang mulut dan hidung Bamsoet.

Buku Tetap Waras Jangan
Buku Tetap Waras Jangan "Ngeres" yang ditulis Bamsoet. (Foto: Dokumentasi Pribadi/J. Osdar)

Saya tanya siapa di masa pandemi ini, pejabat yang menimbulkan kecemasan dan memberi berita bohong, Bamsoet hanya senyum. Nampaknya Bamsoet lebih suka kalau para pembaca mengisi sendiri daftar para pejabat yang suka menebarkan kecemasan dan kebohongan.

Tulisan atau kata-kata Bamsoet dalam buku-bukunya menarik karena banyak diwarnai dengan gelitikan, cubitan atau kadang-kadang tonjokan. Sebagai catatatan buku ke-18 ini muncul hampir bersamaan dengan munculnya tayangan di youtube hasil wawancara dengan mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dalam tajuk "Ngompol" atau "Ngomong Politik". 

Dalam ngobrol politik dengan Bamsoet itu, Fahri antara lain menyebut kabinet pemerintahan sekarang ini masih seperti "kabinet pesta". Padahal menghadapi masa pandemi ini diperlukan "kabinet perang". 

Kembali ke buku Bamsoet. Membaca buku Bamsoet terasa menarik bila kita rajin mengumpulkan cuplikan-cuplikan kata-kata atau kalimat menggelitik, mencubit, menonjok atau mengecam. Mari kita lihat dan cuplik kalimat-kalimat itu.

Artikel pembuka buku ini berjudul Menyoal Perlilaku Oknum Elite Partai Golkar dan Pilkada 2020. Beberapa kalimat penutup artikel berbunyi seperti ini:

"Kalau PDIP sudah bicara tentang target untuk dua agenda politik ke depan, lantas apa yang menjadi ambisi Partai Golkar dalam Pilkada 2020 dan Pemiu 2024? Lalu, sesuai Undang-undang, Presiden Joko Widodo tidak bisa maju lagi dalam pemilihan presiden (Pilpres) berikutnya. PDIP tentu tidak diam. Menuju Pemilu 2024, PDIP pasti mulai bekerja mencari figur yang akan mengganti sekaligus, melanjutkan kepemimpinan Joko Widodo. Adakah keberanian dan kemampuan Partai Golkar untuk menyiapkan dan mengajukan calon presiden pada Pilpres berikutna ?". Artikel ini pernah dimuat Koran Sindo 13 Agustus 2019.

Di bawah artikel berjudul Kepemimpinan yang Mengkerdilkan Golkar, (halaman 17 dan pernah dimatKoran Sindo 9 September 2019), Bamsoet antara lain menuliskan, ....Dengan perilaku kepemimpinan seperti itu , Golkar seperti sedang dikemas menjadi partai yang minimalis. Ambisi atau target tak perlu besar. Cukup menjadi pertai pendukung pemerintah lalu berharap belas kasih dari Presiden untuk mendapatkan jatah menteri...".

"Kalau keadaan seperti sekarang ini dibiarkan, bukan tidak mungkin kebesaran Partai Golkar akan sirna di Pilkada 2020. Artinya jika DPP Golkar tidak signifikan dalam mereson urgensi tentang persiapan Pilkada 2020, pengerdilan Partai Golkar sedang berproses. Mau tak mau, kepemimpinan yang lemah da kekanak-kanakan seperti sekarang ini harus dihentikan." (halaman 19).

Masih banyak kutipan-kutipan menggelitik dan mencubit dalam buku ini, tapi sebagai contoh cukup segeitu dulu, supaya jangan bikin telinga panas, sakit hati dan meradang sementara pihak.

Buku ini terbagi dua masa, yakni masa menjelang covid-19 dan masa pandemi covid-19 melanda negeri ini. Persoalan covid-19 ditulis sampai Oktober 2020 lalu, satu bulan lalu.

Beberapa kutipan perlu dikemukakan di sini. "Jika pembatasan sosial terjaga secara konsisten , patut diyakini, Indonesia tidak akan menjadi episentrum pandemi Covid-19. Sekali lagi, peran semua kepala daerah dan partisipasi masyarakat menjadi faktor kunci. Zero pasien," demikian Bamsoet.

Menurut Bamsoet, kepatuhan pada protokol kesehatan sebaiknya jangan ditawar-tawar (hal 302). "....Masih adanya kelompok-kelompok masyarakat yang belum mematuhi protokol kesehatan menjadi dilema," ujarnya di halaman 303.

"Kalau pelanggaran protokol kesehatan masih marak sebagaimana terlihat terlihat pada sejumlah kota di Pulau Jawa, itu berarti pemerintah daerah masih gagal .....," tegas Bamsoet masih di halaman 303.

Dalam Epilog buku ini, mencatat krisis kesehatan dan krisis ekonomi dalam waktu bersamaan tidak boleh terjadi. "Karena itu menyelesaikan krisis kesehatan akibat Pandemi Covid -19 sekarang ini menjadi prasyarat, bahkan harga mati.........," kata Bamsoet.

Sementara percakapan saya dan Bamsoet berlangsung di tempat tinggal resminya, seorang teman dari Manado, Sulawesi Utara, mengkontak saya lewat telepon genggam.

Saya katakan pada teman itu, saya sedang bercakap-cakap dengan Bamsoet. "Mantap. Ketua MPR ini pintar," ujar teman saya lewat pesan tertulisnya. Hari Rabu, 18 November 2020, Bamsoet dan rombongannya berada di Manado. Memang Bamsoet pintar. (J.Osdar).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun