Mohon tunggu...
Orlando Rizky Prabawa
Orlando Rizky Prabawa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

China, Jepang, dan Korea Selatan Dinilai WHO Patut Disorot dalam Penanganan Covid-19, Mana yang Lebih Baik?

7 Mei 2021   00:47 Diperbarui: 7 Mei 2021   09:18 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tahun 2020 lalu, kita semua telah mengalami masa sulit karena adanya pandemi Covid-19. Virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan ini telah menyulitkan banyak negara sejak awal munculnya pada Desember 2019 di Wuhan, Cina. Dan telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh World Health Organization pada Maret 2020. Covid-19 dapat menyebabkan gejala ringan seperti penyakit pernapasan lainnya, seperti pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Namun, 1 dari 6 orang mungkin akan menderita sakit atau gejala yang cukup parah. Seperti kesulitan bernafas yang biasanya muncul secara bertahap.

Negara-negara di seluruh dunia terus melakukan berbagai upaya dalam menangani Covid-19 hingga saat ini. Berbagai macam kebijakan telah dikeluarkan demi memerangi pandemi Covid-19. Namun, hingga saat ini kasus Covid-19 yang terjadi di dunia masih belum mendekati angka yang sedikit. Update terbaru berdasarkan Wikipedia dan Our World in Data dari total kasus Covid-19 di dunia adalah 154 juta kasus, 91 juta sembuh, dan 3,23 juta meninggal dunia. Tentu saja setiap negara akan terus melakukan upaya terbaiknya dalam menangani pandemi Covid-19. Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, sempat menyebut nama-nama negara yang ia nilai memiliki pengalaman yang patut disorot dalam penanganan pandemi Covid-19. “Sungguh menginspirasi mendengar (penjelasan) dari China, Jepang, Korea Selatan dan Singapura tentang pengalaman mereka dan pelajaran yang telah mereka pelajari," ujar Tedros pada 2 April 2020 lalu. China sebagai negara dimana awal munculnya Covid-19, pasti telah mengambil keputusan dan tindakan lebih awal dibandingkan dengan negara-negara lain khususnya negara di kawasan Asia Timur seperti Jepang dan Korea selatan. Namun, apakah kebijakan yang diambil oleh China dalam merespon pandemi Covid-19 ini lebih baik dibanding Jepang dan Korea Selatan?

Sebagai negara pertama dimana Covid-19 muncul, tentu saja China pasti telah melakukan respon lebih awal dibandingkan dengan negara lain. Organisasi Kesehatan Dunia atau yang biasa disebut WHO menjelaskan, terdapat tiga tahap respon awal pemerintah China dalam menghadapi Covid-19. Tahap pertama, yaitu isolasi mandiri dan Lockdown. Dalam upaya penanganan selama tahap awal wabah, strategi utama difokuskan pada pencegahan penyebaran virus ke luar Wuhan dan daerah prioritas lainnya. Tahap kedua yaitu mobilisasi massa, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi intensitas pandemi dan memperlambat peningkatan jumlah kasus di kota Wuhan dan daerah lainnya di China. Dan di tahap ketiga yaitu penggunaan teknologi, tahap ini berfokus pada pengurangan kelompok kasus, pengendalian pandemi secara menyeluruh, dan mencapai keseimbangan antara pencegahan dan mengontrolnya. Pada tahap ini pemerintah mengaplikasikan teknologi baru, seperti penggunaan data besar dan kecerdasan buatan (AI) untuk memperkuat penelusuran kontak dan pengelolaan populasi prioritas. Operasi sosial normal sedang dipulihkan secara bertahap, pengetahuan tentang pencegahan penyakit sedang ditingkatkan, dan program komprehensif penelitian ilmiah darurat sedang dilakukan untuk pengembangan diagnostik, terapi dan vaksin.

Respon awal yang diambil oleh China dalam menghadapi Covid-19 sangat responsif dan agresif. Isolasi mandiri dan Lockdown yang diterapkan oleh China merupakan keputusan yang tepat demi mencegah Covid-19 menyebar lebih luas lagi. Kemudian dengan melakukan mobilisasi massa, China berfokus pada pengobatan pasien secara aktif, mengurangi angka kematian, dan mencegah penyebaran virus. Alokasi medis dan pembangunan rumah sakit khusus infeksi darurat juga berhasil dilakukan oleh China yang mampu merawat ribuan pasien Covid-19. Penggunaan teknologi juga dinilai efektif dan berperan besar dalam upaya penanganan penyebaran Covid-19, China menggunakan kecanggihan teknologi untuk memberikan informasi satu arah, memantau riwayat aktivitas, dan kesehatan warga negaranya.

Kebijakan yang diambil oleh China dalam merespon pandemi Covid-19 cukup berbeda dengan Jepang dan Korea Selatan. Jepang tidak melakukan Lockdown ataupun karantina wilayah seperti China, selain itu Jepang juga tidak memiliki aturan yang diterbitkan secara tertulis. Pemerintah Jepang hanya mengimbau masyarakatnya untuk menghindari keramaian, menghindari kontak fisik dekat, dan juga menghindari tempat tertutup atau indoor. Walau hanya himbauan, pada dasarnya masyarakat Jepang sudah memiliki budaya itu meski tanpa adanya intervensi tegas oleh pemerintah.


Di Jepang, setiap pemimpin daerah memiliki hak untuk membuat kebijakan sendiri dalam menangani Covid-19 sesuai dengan wilayah masing-masing. Di Jepang hanya ada tujuh wilayah yang berstatus darurat. Pemimpin daerah selain ketujuh wilayah darurat itu dapat menetapkan kebijakan terbaik sesuai dengan kondisi di wilayah masing-masing. Gubernur atau local leader di Jepang lebih didengarkan oleh masyarakatnya. Hal tersebut karena para local leader dinilai lebih mengetahui apa yang terjadi di wilayahnya masing-masing. Walaupun protokol di Jepang tidak terlalu ketat seperti China, namun kebijakan yang diambil oleh Jepang juga efektif dalam mencegah penyebaran Covid-19. Dengan mengetahui budaya dari masyarakatnya dan kebijakan yang dapat dibuat sendiri oleh tiap pemimpin daerah selain wilayah berstatus darurat, hal tersebut sangat efektif mengingat local leader di Jepang lebih didengar oleh masyarakatnya karena dinilai lebih mengetahui apa yang terjadi di wilayahnya.

Sedangkan pada Korea Selatan, negara ini dinilai berhasil meredam laju peningkatan kasus penularan Covid-19. WHO sempat menyebut beberapa negara yang dinilai memiliki pengalaman yang patut disorot dalam penanganan pandemi Covid-19, dan salah satunya adalah Korea Selatan. Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-Beom mengatakan Korea Selatan mengikuti rekomendasi dari WHO sejak awal. Korea Selatan tidak menerapkan lockdown, namun mereka melakukan upaya maksimal untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Korea Selatan memiliki empat strategi utama yang diandalkan dalam menangani pandemi Covid-19. Yang pertama, melakukan tes secara agresif. Tes yang agresif merupakan salah satu langkah penting yang diyakini oleh Korea Selatan dalam menanggulani pandemi Covid-19. Untuk mempercepat tes, Korea Selatan menerapkan metode yang aman, cepat, dan nyaman yaitu melalui tes drive-through. Dengan metode itu, masyarakat tidak perlu turun dari kendaraan dan dapat dilakukan dengan cara yang aman bagi para pekerja medis. Strategi yang kedua, yaitu pelacakan kontak atau tracing. Strategi ini diterapkan guna melacak dan mengobati mereka yang melakukan kontak dengan pasien yang positif. Upaya tracing dilakukan secara menyeluruh dengan menelusuri jejak rekam transaksi kartu kredit, rekaman kamera CCTV, rekam jejak aplikasi telepon genggam, hingga rekam jejak GPS mobil dari mereka yang dikonfirmasi positif terjangkit virus corona. Informasi terkait lokasi tertentu kemudian diberikan kepada publik sehingga mereka yang mungkin bertemu dengan pasien positif Covid-19 dapat melakukan tes.

Yang ketiga, perawatan pasien secara intensif. Pasien dibagi dalam empat kategori, yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat, sesuai dengan gejala yang ditunjukkan. Mereka dengan gejala ringan dirawat di fasilitas yang disebut Leading Treatment Centers, sementara pasien dengan gejala sedang, berat dan sangat berat segera dibawa ke salah satu dari 67 rumah sakit khusus Covid-19 yang disiapkan pemerintah Korea Selatan. Dan yang keempat, meningkatkan partisipasi warga sipil dan transparansi. Transparansi dan kepercayaan publik yang tinggi terhadap pemerintah jadi aspek penting dalam praktik pembatasan sosial di seluruh bagian negara. Transparansi pemerintah memiliki pengaruh besar terhadap kepercayaan masyarakat. Warga Korea Selatan terbilang cukup rasional dan bertanggung jawab dalam mengonsumsi kebutuhan sehari-hari, dan banyak yang melakukan karantina mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun