Mohon tunggu...
Orisa Illa
Orisa Illa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

berenang adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ancaman Kesehatan Mental Siswa Kelas 12 menuju Kelulusan dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi

22 Mei 2024   20:42 Diperbarui: 22 Mei 2024   20:54 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/photos/4118058

Kelas 12 merupakan puncak studi di SMA, dimana masa kelas 12 merupakan masa-masa paling hectic dibandingkan kelas-kelas bawahnya. Mengapa disebut masa paling hectic? Karena masa tersebut merupakan masa bagi para siswa untuk mempersiapkan ujian sekolah yang terdiri dari ujian praktik dan ujian tertulis yang mana mencakup berbagai mata pelajaran dan materi yang telah dipelajari selama tiga tahun di SMA serta mempersiapkan ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Tekanan akademik yang berat, harapan yang tinggi dari lingkungan dan keluarga serta rasa takut gagal bagaikan bom waktu yang siap meledak dan menghancurkan mental mereka.

Tekanan demi tekanan terus menggerus mental siswa, mulai dari beban belajar yang berat, bayang-bayang ketatnya seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), serta minimnya waktu istirahat karena padatnya kegiatan dari berangkat pagi untuk sekolah, sore untuk les persiapan ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) hingga malam lalu dilanjut mengerjakan tugas atau persiapan ujian sekolah sampai tengah malam bahkan menjelang pagi. Hal ini menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang membuat siswa mudah mengalami burnout serta kehilangan fokus dan konsentrasi saat belajar.

Berdasarkan data tahun 2023 dilansir dari akun Instagram Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (@_snpmbbppp) sebanyak 803.852 pendaftar UTBK-SNBT hanya 223.217 yang diterima. Ketatnya seleksi ini membuat seluruh siswa di Indonesia mempunyai rasa takut gagal, kecemasan yang berlebih akan tidak lolosnya masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang dapat memperparah kondisi kesehatan mental mereka. Hal ini juga telah dibuktikan dari banyaknya video yang beredar di TikTok tentang lika-liku perjuangan masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berurai air mata.

pixabay.com/photos/6059889
pixabay.com/photos/6059889

Dampak negatif dari buruknya kesehatan mental menjelang ujian masuk PTN sangatlah serius. Kehilangan motivasi dan semangat dalam belajar dapat menurunkan kemampuan fokus serta konsentrasi siswa dalam ujian yang berakibat pada nilai ujian kelulusan yang buruk serta kegagalan masuk PTN yang diimpikan dan berimbas pada rasa kekecewaan.


Oleh karena itu, perlunya dukungan dari keluarga terkhusus dukungan dari orang tua untuk memahami kondisi dan kemampuan setiap anak dan tidak menuntut hal diluar kemampuan anak sehingga pada saat masa menjelang kelulusan SMA dan ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) anak tidak merasa tertekan dan dapat fokus belajar dengan maksimal. Di samping itu, kesadaran akan kesehatan pada diri sendiri juga perlu, seperti aware terhadap perubahan sikap dan perilaku pada dirinya serta mencari informasi lebih dalam tentang apa yang terjadi pada diri sendiri sehingga siswa dapat belajar untuk mengendalikan dirinya.

Namun, peran penting bukan hanya terletak pada keluarga. Stigma negatif tentang kesehatan mental perlu diubah. Kita perlu menciptakan lingkungan yang lebih suportif bagi siswa untuk berbicara tentang masalah mereka dan mendapatkan bantuan yang mereka butuh- kan. Sekolah dapat berperan dengan menyediakan layanan konseling dan edukasi kesehatan mental bagi para siswa. Guru bimbingan konseling harus menjadi pendengar yang baik dan dapat menjaga privasi siswa yang bercerita tanpa rasa takut dipermalukan serta tidak membocorkan informasi yang telah siswa bagikan kepada pihak lain untuk membangun rasa kepercayaan dan rasa aman siswa. Lingkungan sekitar, termasuk teman sebaya juga perlu saling mendukung dan menghargai pilihan jurusan satu sama lain serta tidak meremehkan kemampuan antar teman sehingga menciptakan semangat seperjuangan meraih kampus yang diinginkan.

Seperti yang dilakukan pemerintah Korea Selatan dengan tes kesehatan mental di sekolah, Indonesia dapat mengambil langkah serupa untuk melindungi kesehatan mental siswa-siswinya. Siswa kelas 12 saat ini menghadapi berbagai tekanan, seperti beban belajar yang berat, ekspektasi tinggi dari sekitar serta rasa takut gagal dalam ujian dan seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Tekanan ini dapat memicu stres, kecemasan, dan yang paling parah berujung tindakan membahayakan diri sendiri.

Inisiatif tes kesehatan mental di sekolah di Korea Selatan patut ditiru oleh Indonesia. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi siswa yang mengalami masalah kesehatan mental sejak dini, sehingga mereka dapat menerima intervensi dan pengobatan yang tepat. Selain itu, tes ini juga dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental di kalangan remaja dan orang tua.

Dengan membangun sistem pendidikan yang lebih ramah kesehatan mental dan menciptakan lingkungan yang lebih suportif, kita dapat membantu mereka mencapai potensi maksimal dan membangun masa depan yang cerah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun