Cinta memang hadir dengan warnanya sendiri-sendiri. Tak selalu sama. Cinta datang selalu tepat pada alamat tujuannya. Ia tak pernah salah alamat. Ia juga bukan tamu yang datang, duduk sejenak lalu, enyah begitu saja. Umpama pesawat terbang yang hanya diizinkan melandas pada bandar udara yang menjadi rutenya. Cinta pun demikian. Ia tak datang sembarangan. Pada hati-hati yang dewasa lah ia mengetuk.
Kini keduanya sedang menantikan kelahiran anak pertama mereka. Di tengah cuti sebagai pilot, Elesta tetap lah menjalani kewajiban sebagai ibu-ibu Persit pada umumnya. Juga kewajiban sebagai istri di rumah yang ia jaga dengan baik.
Di sini, saat mentik tulisan sederhana ini, saya tengah berpikir. "Ya Tuhan, biarlah saya yang hanya tukang jual pisang goreng ini gagal mendapatkan seorang pramugari yang cantik, namun izinkan saya mendapatkan seorang pilot. Setidak-tidaknya pilot yang menerbangkan hatiku ke langit optimis. Pilot yang bisa membuat semangatku terus mengangkasa. Amin."