Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memperingati HUT RI Sekaligus Mengenang Tokoh Desersi Belanda, Poncke Princen

17 Agustus 2019   07:30 Diperbarui: 17 Agustus 2019   22:15 3735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah sekali waktu Princen melakukan penyamaran dengan berpura-pura sebagai tentara Belanda yang pada akhirnya dalam usahanya itu ia berhasil mengelabui pasukan Belanda dan mampu merebut senjata-senjata milik Belanda.
                   
Sejarawan mencatat akibat ulah Princen ini pihak Belanda di Indonesia bahkan pernah melakukan sayembara kepada siapa saja yang bisa mendapatkan Princen dengan sejumlah hadiah. 

Sayang saja Princen lagi-lagi lolos, bahkan setelah melalui berkali-kali penyergapan yang salah satunya juga sampai membuat tewas istrinya, Odah, yang kala itu sedang mengandung.

Princen lelaki yang liar, lain dari itu ia juga luar biasa. Bayangkan saja, dari Belanda ia menyeberang tanpa takut ke pihak musuh. Semua-muanya ia lakukan karena panggilan hati. Baginya kemanusiaan melebihi semuanya, bahkan dari nasionalisme sekali pun. 

Penindasan Belanda terhadap kaum ekstrimis dianggapnya sebagai sebuah kebiadaban. Itu juga yang memicu risau di dadanya hingga membawa ia bergabung dengan pasukan TNI. Perjuangannya menegakkan hak-hak orang-orang kecil memanglah datang dari hati. 

Dan itu ia lakukan menerus sampai mati. Tak peduli harus dengan siapa ia akan berhadapan, tak peduli pula berapa kali ia harus masuk keluar tahanan dan diisolasi, jika ia melawan maka ia akan tetap melawan. Pemerintahan orde baru tahu betul siapa Poncke.        

Kini Poncke sudah tiada. Jasanya untuk Indonesia tak bisa ditakar. Setelah berakhirnya pendudukan Belanda ia pun aktif di politik. Selain itu ia juga tercatat sebagai salah satu pendiri Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

22 Februari 2002 Poncke akhirnya berpulang. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pondok Kelapa, Jakarta Timur, tempat yang dia pilih sendiri untuk beristirahat panjang. Poncke sebenarnya sangat bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. 

Tahun 1949, Presiden Sukarno telah menganugerahinya Bintang Gerilya dan itu memberinya hak untuk dimakakamkan di "tempat yang terhormat" tersebut. Tapi sejak awal, Poncke telah menolaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun