Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memperingati HUT RI Sekaligus Mengenang Tokoh Desersi Belanda, Poncke Princen

17 Agustus 2019   07:30 Diperbarui: 17 Agustus 2019   22:15 3735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: idntimes.com

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pendudukan Belanda belumlah sepenuhnya habis. Usaha dan siasat masih saja dilakukan untuk mengamankan sisa-sisa kekuasaan Belanda di Indonesia. Militer yang dalam hal itu di emban KNIL masih berpos di banyak wilayah di tanah air. 

Di antara banyaknya serdadu Belanda yang ditugaskan dalam misi-misi pendudukan pasca kemerdekaan itu terdapat nama Haji Johannes Cornelis (H.J.C.) Princen, atau akrabnya disebut Poncke Princen. Ia berpangkat Kopral ketika ditugaskan di Indonesia.

Princen lahir di Den Haag, 21 November 1925. Dia sempat mengenyam pendidikan di Seminari dari 1939-1943. Pada tahun 1943, tentara Nazi Jerman mulai menginvasi dan menduduki Belanda. 

Seminari tempat dia sekolah diisolasi dan anak-anaknya dikurung di asramanya karena Belanda berada sepenuhnya dalam suasana perang. Pada tahun yang sama dia mencoba melarikan diri dan tertangkap oleh Nazi. 

Dia pun dikirim ke kamp konsentrasi di Vught, lalu dikirim lanjut ke penjara kota Utrecht. Di akhir 1944, sesaat setelah dia bebas dari Jerman, dia kembali ditahan oleh pemerintah, kali ini pemerintah Belanda, karena dia menolak wajib militer di tengah kondisi yang sangat kritis tersebut. Ia pun dengan paksa masuk dinas militer dan dikirim ke jajahan Belanda di timur: Indonesia.
           
Di Indonesia Princen bergabung bersama Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger, satuan militer Belanda di Indonesia. Setelah beberapa waktu di Indonesia, Poncke harus menjalani hukuman penjara karena desersi yang pernah dilakukannya pada 1946. 

Dia dipenjara di Cipinang (Jakarta Timur) dan Poncol (Cimahi). Ketika di Cimahi, pada 1947, Poncke mendengar kabar luar biasa: Piet (temannya yang juga serdadu itu) sudah menyeberang ke Republik. Poncke mengaku belum terpikir untuk menyeberang. 

Setelah bebas, Poncke jadi supir pembantu di Bogor. Selama di Bogor, Poncke mulai bergaul dengan orang-orang Indonesia dan belajar bahasa Indonesia, salah satunya bahasa Sunda.
         
Dan nanti pada 26 September 1948, Poncke memutuskan meninggalkan KNIL di Jakarta dan bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Saat Belanda menyerang Yogyakarta pada 1949, ia telah bergabung dengan divisi Siliwangi dengan nomor pokok prajurit 251121085, kompi staf brigade infanteri 2, Grup Purwakarta.

Poncke pun bergabung dalam longmarch ke Jawa Barat dan terus aktif dalam perang gerilya. Saat bergabung dengan divisi Siliwangi, ia menikahi perempuan Sunda. Malang, belahan jiwanya itu dibunuh tentara Belanda dalam sebuah penyergapan dan pertempuran sengit pada Agustus 1949.
             
Poncke termasuk tentara yang paling dicari oleh Belanda. Tercatat sudah Mayjen Engles pernah meminta kepada Letnan Henk Ulrici dan Letnan T.E. Spier, dua komandan terkemuka di KST (Komando Speciale Troepen) untuk membentuk tim pemburu yang ditugaskan menemukan Princen, baik itu dalam kondisi hidup maupun mati. 

Pimpinan tentara Belanda di Indonesia, Mayor Jenderal E. Engles berang luar biasa. Salah satu anak buahnya, kopral Johannes Cornelius Princen membelot ke pihak TNI.

Engles tak habis pikir, bagaimana seorang Belanda totok malah bisa bergabung dengan pihak musuh? Selain itu, Engles mendapatkan intel Princen bergabung dengan pasukan Divisi Siliwangi, ikut long march. Bahkan, Princen didapuk menjadi Komandan Pasukan Istimewa Bataliyon Kala Hitam dengan pangkat Letnan Dua.

Bersama pasukannya, Princen banyak membuat kerugian di pihak Belanda. Banyak prajurit Belanda yang tewas di tangan pasukan Princen. Kondisi ini jelas tak menguntungkan Belanda, baik secara politik ataupun di medan tempur. 

Pernah sekali waktu Princen melakukan penyamaran dengan berpura-pura sebagai tentara Belanda yang pada akhirnya dalam usahanya itu ia berhasil mengelabui pasukan Belanda dan mampu merebut senjata-senjata milik Belanda.
                   
Sejarawan mencatat akibat ulah Princen ini pihak Belanda di Indonesia bahkan pernah melakukan sayembara kepada siapa saja yang bisa mendapatkan Princen dengan sejumlah hadiah. 

Sayang saja Princen lagi-lagi lolos, bahkan setelah melalui berkali-kali penyergapan yang salah satunya juga sampai membuat tewas istrinya, Odah, yang kala itu sedang mengandung.

Princen lelaki yang liar, lain dari itu ia juga luar biasa. Bayangkan saja, dari Belanda ia menyeberang tanpa takut ke pihak musuh. Semua-muanya ia lakukan karena panggilan hati. Baginya kemanusiaan melebihi semuanya, bahkan dari nasionalisme sekali pun. 

Penindasan Belanda terhadap kaum ekstrimis dianggapnya sebagai sebuah kebiadaban. Itu juga yang memicu risau di dadanya hingga membawa ia bergabung dengan pasukan TNI. Perjuangannya menegakkan hak-hak orang-orang kecil memanglah datang dari hati. 

Dan itu ia lakukan menerus sampai mati. Tak peduli harus dengan siapa ia akan berhadapan, tak peduli pula berapa kali ia harus masuk keluar tahanan dan diisolasi, jika ia melawan maka ia akan tetap melawan. Pemerintahan orde baru tahu betul siapa Poncke.        

Kini Poncke sudah tiada. Jasanya untuk Indonesia tak bisa ditakar. Setelah berakhirnya pendudukan Belanda ia pun aktif di politik. Selain itu ia juga tercatat sebagai salah satu pendiri Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

22 Februari 2002 Poncke akhirnya berpulang. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pondok Kelapa, Jakarta Timur, tempat yang dia pilih sendiri untuk beristirahat panjang. Poncke sebenarnya sangat bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. 

Tahun 1949, Presiden Sukarno telah menganugerahinya Bintang Gerilya dan itu memberinya hak untuk dimakakamkan di "tempat yang terhormat" tersebut. Tapi sejak awal, Poncke telah menolaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun