Mohon tunggu...
Taufiqurrahman El-Battangany
Taufiqurrahman El-Battangany Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Taufiqurrahman dilahirkan di bumi Battangan pada tanggal 19 juli 1995. saat ini ia sedang menyelesaikan jenjang pendidikannya di MTs. Nasy'atul-muta'allimin.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Wakil Rakyat Atau Musuh Rakyat?

27 April 2011   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:20 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wakil rakyat dipilih secara demokratis oleh rakyat pada pemilihan umum yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali oleh pemerintah. Rakyat berbondong-bondong mendatangi TPS setempat untuk memilih orang yang akan duduk di parlemen dan menjadi wakil mereka. Artinya orang yang telah terpilih harus memiliki kompetensi dan tanggung-jawab yang besar, untuk benar-benar bisa memperjuangkan hak-hak rakyat yang selama ini tertindas. Karena tugas pokok wakil rakyat adalah menyerap semua aspirasi rakyat untuk dijadikan inspirasi kebijakan-kebijakan pemerintah, yang nantinya juga diharapkan akan melahirkan kebijakan yang merakyat dan selalu berpihak pada kepentingan rakyat.

Wakil rakyat adalah penyambung lidah rakyat. Apa yang menjadi keinginan dan keluar dari mulut rakyat, harus selalu terserap oleh wakil rakyat. Sebab wakil rakyat merupakan representasi dari keinginan rakyat untuk dirembuk bersama dalam sebuah sidang paripurna yang akan menghasilkan sebuah aklamsi. Wakil rakyat tidak hanya gajinya yang besar, tetapi harus menjadi tempat pengaduan rakyat. Wakil rakyat tidak tidak boleh apatis dengan apa yang tejadi pada rakyat. Sebab wakil rakyat berasal dari rakyat dan dipilih oleh rakyat. Maka wakil rakyat dituntut agar selalu berjuang untuk rakyat. Begitulah konsep demokrasi yang diinginkan oleh para pendahulu negeri kita.

Namun semua itu menjadi sangat ironis, ketika kita melihat fakta yang terjadi pada wakil kita. Karena menurut survei Formappi, 94% rakyat tidak terwakili. Artinya wakil rakyat yang kita pilih, tidak dapat menyerap semua aspirasi rakyat dan hanya mampu menyerap 4% saja. Maka dapat kita bayangkan, bahwa kebijakan-kebijakan yang diproduksi oleh mereka tidak selalu berpihak pada kepentingan rakyat, dan hanya mementingkan kepentingan privasi mereka, yang pada akhirnya akan melahirkan sentimen rakyat pada wakilnya.

Maka dari itu, kita tak perlu heran dengan hasil survei Formappi yang menyatakan bahwa, 84% rakyat tidak mengenal wakilnya. Kerena ulah mereka yang selalu membuat rakyat jadi kurang percaya pada kredibilitas mereka. Dan menurut saya wajar-wajar saja, apabila ada rakyat yang tidak mengenal wakinya. Karena memang wakil rakyat sudah mulai lupa pada rakyat dan tak pernah berjuang untuk rakyat. Buktinya ketika rakyat tengah dilanda krisis ekonomi, pendidikan dan segala macam, wakil rakyat malah berencana untuk membangun gedung baru yang ditafsir akan menghabiskan uang rakyat sebanyak Rp. 1,1 triliun. Kenapa uang sebanyak itu tidak digunakan untuk konstruksi infrastruktur pendidikan yang sudah tidak layak pakai, seperti misalnya ruang kelas yang sering bocor ketika hujan atau sudah tidak memungkinkan untuk dipakai lagi.

Banyak sekolah dasar yang ketika hujan harus pinjam tempat kepada warga setempat untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar, karena ruang kelas yang ada bocor dan kemasukan air. Banyak anak-anak yang tidak bersekolah karena tidak alasan punyak biaya. Sebab untuk makan saja mereka harus meminta-minta di jalanan dan selalu mengharapakn kasih sayang dari orang lain. Sungguh memperihatinkan!

Jika sudah seperti itu kenyataanya, lalu dimanakah letak tanggung-jawab wakil rakyat?. Bukankah mereka sebagai orang terpilih harus bisa bertanggung-jawab terhadap apa yang terjadi pada rakyat?. Akankah bangsa akan menjadi maju jika dikendali oleh orang yang hanya mementingkan kepentingan sendiridan selalu apatis pada kepentingan dan problematika bangsa?. Segelintir pertanyaan itulah yang muncul ketika bangsa ini mulai bosan dengan keonaran dan ulah yang mereka perbuat. Dan menjadi sangat aneh, jika ada wakil rakyat yang tak henti-hentinya memakan hak rakyat, sedangkan pengorbanan dan perjuangannya untuk rakyat sama sekali tidak bisa mengangkis rakyat dari bawah garis kemiskinan. Mereka hanya berfikir bagaimana mereka bisa duduk dan bersantai di gedung yang mewah, namun mereka tak pernah berfikir bagaiman kolom jembatan semakin banyak penghuninya, dan anak-anak di jalan yang selalu menanti uluran tangan dari orag lain semakin bertambah jumlahnya. Itu yang tak pernah ada dalam benak mereka

Mereka itu adalah wakil rakyat, numun mereka lebih sejahtera daripada rakyat. Rakyat naik sepeda ontel, wakil rakyat naik mobil. Rakyat tinggal di kolom jembatan, wakil rakyat tinggal di apartemen. Rakyat selalu menjadi sesuatu yang yang tertindas dan dimarginalkan oleh kebijakan wakil rakyat. Wakil rakyat selalu menang, tetapi rakyat selalu kalah. Rakyat dan wakil rakyat tak pernah akur dan selalu bermusuhan, karena memang wakil rakyat yang tak pernah mengerti kepentingan dan kebutuhan rakyat.

Maka menurut saya, sah-sah saja jika ada rakyat yang tidak mengenal, tidak percaya, dan bahkan memusuhi wakil rakyat. karena sepertinya wakil rakyat tidak pernah serius dan selalu main-main dengan tanggung-jawab yang telah diamanatkan oleh rakyat. Walaupun sebenarnya tidak semua wakil rakyat seperti apa yang saya katakan mulai tadi. Namun tetap saja wakil rakyat tidak bisa menuntaskan kemiskinan dan memenuhi segala kebutuhan rakyat. Dan saya tidak tahu penyebabnya secara pasti, apakah mereka memang sengaja membiarkan krisis yang terjadi pada rakyat, atau mungkin mereka punyak persepsi bahwa dengan kebijakan mereka rakyat sudah sejahtera. Namun yang pasti mereka tidak bisa mengangkat rakyat dari bawah garis kemiskinan.

Sementara itu, gaji wakil rakyat yang terus membumbung tinggi, membuat rakyat semakin kelaparan dan termarginalkan. Bangsa ini akan terus dilanda oleh krisis ekonomi yang tak pernah terpikirkan sama sekali di benak wakil kita. Begitulah kiranya yang terjadi di negeri ini. Berbeda dengan di Uni Soviet, Negara yang pendapatan perkapitanya jauh lebih besar daripada Indonesia, ternyata gaji DPR-nya jauh lebih murah daripada gaji DPR di Indonesia. DPR Uni Soviet tidak hanya mementingkan perutnya sendiri, tetapi bagaimana agar rakyatnya bisa hidup makmur dan sejahtera. Dan bahkan ada DPR sana yang naik angkutan umum setiap hari saat mau ke kantornya. Dan sangat berharap agar wakil kita bisa terinspirasi oleh mereka

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun