Hari Ini di Gaza | Ketika itu, sekian Dasawarsa yang telah berlalu,
PM India, Jawaharlal Nehru
Preiden Ghana, Kwame Nkrumah
Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser
Presiden Indonesia, Soekarno
Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito
berkumpul bersama dan sama-sama bersatu.
Mereka lakukan itu, karena muak dan gerah terhadap Dunia yang terskisma ekstrim (secara politik, sosial, ekonomi, pertahanan) ke Uni Sovyet serta Amerika Serikat. Keterpihakan tersebut, juga menyimpan detente dan bara berasap di balik air negeri masing-masing kelompok.
Detente dan bara tersebut, sewaktu-waktu bisa meledak serta membara membakar Bumi beserta isinya.
Adalah Jawaharlal Nehru, Kwame Nkrumah, Gamal Abdel Nasser, Soekarno, Josip Broz Tito, orang-orang terkenal dan berpengaruh pada masa itu, memiliki wawasan yang sama; wawasan kebangsaan dan perdamaian semesta dalam One World yang tak terpisah-pisah.
Mereka, tokoh-tokoh itu, inginkan planet Bumi Damai tanpa block, kubu, perang, keterpurukan, keterpihakan yang saling benci dan penuh kebencian. Mereka bertemu, dan menghasilkan 'Blok Negara-negara Non Blok.'
Gaung pun bersambut. Sejumlah negara di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan ikut bergabung di blok itu.
NNB pun menjadi kekuatan politik penyimbang; serta cukup lama berlangsung. Sayangnya, setelah Jawaharlal Nehru, Kwame Nkrumah, Gamal Abdel Nasser, Soekarno, Josip Broz Tito tiada kekuatan dan pengaruh NBB pun redup. Semuanya, kini, menjadi kenangan serta sejarah, nyaris terlupakan.
Negara-negara asal penggagas NNB pun juga nyaris tak berperan pada aksi-aksi Internasional untuk perdamaian Dunia. Jika ada, tapi tak didengar oleh Negara-negara atau bangsa-bangsa yang bertikai (termasuk perang).
Malah, sejumlah negara yang masih menyebut diri NNB, justru tak sedikit yang berpihak atau terlibat dalam keterpihakan ekstrim (pada kelompok-kelompok, etnis, bangsa yang berseteru). Termasuk Indonesia.
Lihat saja. Heboh yang terjadi antara Hamas dan Israel; dijadikan sebagai perseteruan Israel-Palestina.
Indonesia pun mengutuk, mencaci, membenci, serta lakukan aksi-aksi bela Palestina. Indonesia pun lupa bahwa Hamas yang memulai, Israel pun membela. Prihatin.
Indonesia lupa bahwa sebagai Pendiri NNB, maka perlu berdamai dengan semua pihak yang bertikai. Dan, melalui frame perdamaian tersebut, Indonesia mampu mendamaikan sahabat-sahabatnya yang 'baku marah.' Lucu, Indonesia tak lakukan itu.
Indonesia tak pernah lakukan edukasi perdamaian ke/di Gaza agar mereka menghargai serta menghormati kemanusian, keadilaklan, kemerdekaan, perdamaian, dan HAM.
Indonesia pun tak pernah menghormati dan menghargai Israel sebagai bangsa yang memiliki Tuhan, Hukum, dan Tanah Air.
Lalu, bagaimana mungkin Indonesia bisa diterima sebagai mediator perdamaian di/dan antara Hamas dan Israel? Jangan Mimpi
Jangan Mimpi, jika Indonesia masih berpihak dan penuh keterpihakan sambil tak menghargai yang lainnya.
So? Itulah Indonesia, Negara Non Blok, tapi menunjukkan 'Blok Keterpihakan.'
Cukuplah
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini