Kini, 2019, sekali lagi Prabowo kembali berupaya mencapai level kedudukan politik eksekutif di RI melalui Pilpres. Ternyata, Prabowo, sekali lagi tidak beruntung; ia gagal menggapai cita-cita serta tidak mampu mewujudnyatakan obsesinya. Rakyat RI berkehendak lain, dan tidak memberi kesempatan pada Prabowo.
Namun, Prabowo (dan bersama sedikit Kelompok Pendukungnya), mencoba melawan kehendak rakyat yang tidak memilihnya sebagai Presiden. Perlawanan yang dilakukan oleh Prabowo melalui berbagai cara, antara lain (i) menyatakan diri sebagai Presiden RI, (ii) menyampaikan narasi menang, curang, perang, (iii) menolak hasil akhir perhitungan suara di KPU, (iv) pengerahan massa secara bergelombang ke Bawaslu dan KPU, (v) mungkin melalui Mahkamah Konstitusi.
Faktanya, perlawanan Prabowo terhadap kehendak rakyat tersebut, semakin nyata dengan adanya orang-orang yang melakukan demo di Bawaslu RI, yang juga kadang diiringi dengan sedikit anarkhis. Dan, aksi tersebut ditunggangi oleh kelompok lain, kemudia mereka melakukan aksi pengrusakan, pembakaran, mencaci maki, bahkan melempari aparat.
Aksi-aksi tersebut, diakui atau tidak, merupakan pesan dan undangan kepada masyarakat (utamanya, mereka yang wawasan sempit dan mudah percaya hoaks serta ujar kebencian) agar ikut bergabung; atau pun melakukan aksi yang sama.
Tetapi, pesan dan undangan tersebut gagal total dan tidak mendapat apresiasi publik. Sebaliknya, publik menilai sebagai upaya yang melawan kehendak dan pilihan mereka pada Pilpres RI 2019. Dengan itu, rencana Prabowo cs, agar terulangnya sikon seperti pra-21 Mei 1998, juga gagal total.
Aksi-aksi yang mereka sebut sebagai People Power, kemudian beganti nama menjadi Gerakan Kedaulatan Rakyat, sehingga jadi bahan lucu-lucuan di Medsos. Apalagi, lebih dari 200 oran pelaku rusuh dan aksi anarkis yang ditangkap Polisi.
Kini, saat ini, Jakarta kembali gembira; semuanya berangsur normal; sementara para perusuh meratapi nasib di tahanan dan ranjang Rumah Sakit. Tapi, para aktor yang membiayai perusuh, duduk manis di Dunia Lain, mungkin sambil menanti Surat Panggilan dari Polri. Tragis.
Cukuplah
Opa Jappy | Indonesia Today