Oleh sebab itu, jika ada sejumlah tokoh agama, sekolah, atau lembaga yang melarang khalaya merayakan perayaan Valentin, maka sah-sah saja; silahkan melarang dan  menolak, namun alasan pelarangan serta penolakan tersebut jangan dihubungkan dengan 'itu ajaran atau kebiasaan Gereja Katolik dan Gereja-gereja Protestan. Sebab, jangan sampai terjadi hanya gara-gara Valentin maka muncul ketidaksukaan terhadap sesama yang beda iman.Â
Lepas dari sejarah asal mulanya, berbagai kalangan masyarakat sudah menerima Valentine Day sebagai peristiwa budaya dan agenda tetap, serta tak patut dilupakan. Banyak orang di berbagai penjuru Dunia merayakan Valentine Daydengan cara-cara yang semarak; tak ada ibadah, doa, dan puji-pujian. Yang terjadi, hanyalah hadiah-hadiah kecil, dan update janji yang pernah diucapkan dilupakan. Bahkan, ada yang membuat liburan " bulan madu ke dua"
Karena bukan perayaan keagamaan dan tanpa ibadah, maka kadang Valentine Day menjadi "perayaan" yang dituding sebagai "arena ini - itu." Â Padahal, Â tak sedikit orang tak mengenal dan merayakan Valentine Day, namun melakukan "ini - itu" dengan bebas dan rasa tanpa bersalah.
So, jika anda menolak Valentine Day, maka tak perlu menuding bahwa "semua orang yang merayakannya" pasti akan "ini-itu" dengan bebas merdeka. Dan, jika anda merayakan Valentine Day, maka lakukanlah dengan cara-cara yang bermartabat, sebagai bentuk dari update janji, cinta, dan kasih sayang; jika anda benar-benar cinta, maka tak khan merusak dan saling merusak satu sama lain.
Akhir kata, Kuucapkan Happy Valentine Day untuk, "Kaum muda dan mereka yang berjiwa muda (yang hari-hari hidup n dan kehidupan masih lama dan panjang); kaum setengah baya dan dan masih produktif; kaum tua yang telah banyak pengalaman menikmati hari-hati hidup dan kehidupan; semua semua umat manusia yang mencintai-mengasihi damai dan perdamaian; dan dirimu serta diriku yang sementara baca"
Opa Jappy | Indonesia Hati Ini