Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejadian Luar Biasa di Asmat karena Dieksploitasi, Dieksplorasi, kemudian Ditinggalkan

19 Januari 2018   01:08 Diperbarui: 19 Januari 2018   11:26 2432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Jadi, sudah sekian puluh tahun Asmat, Kekayaan (unsur-unsur) Budayanya, Manusianya, Alam dan Kekayaan di dalamnya,  telah dipublikasi, dieksploitasi, dieksplorasi, diambil, dijual dengan alasan 'dalam rangka memajukan dan mengembangkan Asmat' secara holistik. Juga, dana Otsus untuk Asmat pun dengan tujuan yang nyaris sama yaitu mensejahterahkan Asmat. 

Ke mana dan di mana hasil eksploitasi dan eksplorasi Asmat?  Semuanya tak dirasakan dan dinikmati Orang Asmat? Bisa jadi seperti itu. Buktinya masih banyak ketertinggalan di sana. Ya, Asmat ditinggalkan oleh mereka yang menjualnya. 

[Note: Alokasi dana Otonomi Khusus untuk provinsi Papua dan Papua Barat pada APBN 2018 ditetapkan Rp.8,03 triliun, Papua sebesar Rp.5,62 T dan Papua Barat sebesar Rp.2,41 T. Dana Otsus Papua dan Papua Barat bertambah setiap tahun anggaran sesuai besaran APBN. Hal itu sesuai Pasal 34 Ayat (3) UU No.21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua dan Papua Barat, sebesar 20% dari total pagu DAU Nasional selama 20 Tahun. Walau seperti itu, kemiskinan di wilayah Papua terus meningkat. Data BPS mencatat, sebanyak 21,98 persen penduduk miskin berada di Maluku dan Papua dengan jumlah mencapai 1,55 juta orang. Kontribusi kemiskinan di Papua yang besar terhadap persentase kemiskinan nasional.]

Sayangnya, fakta menunjukkan hal yang berbeda. Kejadian luar biasa di Asmat, Papua, bahwa pada periode September 2017-Januari 2018, 61 anak Asmat meninggal dunia akibat terserang campak dan gizi buruk, sementara puluhan lainnya mengalami rawat umat, bisa sebagai bukti bahwa Asmat 'belum berubah' atau belum merasakan apa itu 'kemajuan dan pengembangan' sebagaimana digaungkan oleh 'Orang Luar Asmat' bahwa apa yang mereka lakukan adalah demi kemajuan dan pengembangan Asmat.

Itulah yang akan terus menerus terjadi di/dan pada Asmat? Tidak, karena ada hal-hal berikut

  1. Ketika Orang Papua ditanyakan "Saat memikirkan Tanah Papua kata apa yang terbayang di kepalamu;" mereka menjawab Indah, 19 %, Kaya, 8 %, Merdeka, 7 %, Surga, 6 %, Tertinggal, 6 %. Ya, Papua, termasuk Asmat adalah Surga Yang Tertinggal. Jadi, Pemerintah Pusat dan Pemda Papua serta Papua Barat 'hanya' lah kelola surga tersebut sehingga menjadi wilayah sorgawi untuk semua.
  2. Kejadian luar biasa di Asmat, hendaknya tak dikomentari, seperti Natalius Pigai, sebagai 'tipuan informasi dan payung pecitraan.' Di sini, Pigai hanya melihat parsial atau penggalan di ujung peristiwa, tanpa memperhatikan proses sebelumnya. Proses ketidakberesan tata kelola pemerintah dan layanan publik, nota bene dilakukan oleh mereka yang adalah saudara-saudara 'Se Kampung" dengan Pigai. Jadinya, Wahai Pigai, "Ko punya saudara yang salah; tapi ko kasih salah Presiden." Pigai, Ko piknik lah di Papua,  ya!
  3. Pemenuhan kebutuhan dasar. Salah satu roahaniawan, ketika saya bertemu dengannya di Gedung LIPI, Pastor Jhon Djonga menyatakan bahwa, "Pembangunan Papua harus memperhatikan pemenuhan dasar masyarakat yaitu pendidikan, kesehatan, kemiskinan, penegakkan hukum dan HAM. Di samping itu, lambatnya perubahan dan ketidakmajuan Papua akibat dari tata kelola pemerintah (lokal) yang rendah dan tak beres, tidak berjalannya, serta tak fungsi pegawasan. Banyak Bupati atau pun Camat serta aparat pemerintah lainnya yang sering tak ada di wilayah kerjanya, bahkan lebih banyak ada di Jakarta daripada di daerah; termasuk Sekolah tanpa guru dan Puskesmas tanpa tenaga medis sehingga menjadi 'rumah hantu.'
  4. Membangun infrastruktur sosial, Menurut Kepala Tim Kajian Papua LIPI Dr Adriana Elisabeth, tidak cukup pembangunan infrastruktur fisik, tapi juga membangun infrastruktur sosial serta perhatian pada martabat dan hak-hak adat masyarakat (asli) Papua. Dalam kerangka membangun infrastruktur sosial dan penanganan masalah HAM tersebut, hanya bisa dilakukan melalui dialog dengan Orang Papua. Oleh sebab itu, LIPI telah menyusun 'rancang bangun dialog,' dan menawarkan ke Kementerian terkait.

Semoga tak lagi ada bencana di Asmat

Ya, Papua adalah 'raksasa yang sudah terbangun dari tidur panjang,' karena sentuhan tangan dingin dari Presiden Jokowi. Ia berani ada di sana, dan menerobos hutan, gunung, dan lembah untuk membawa perubahan serta harapan baru kepada Papua dan Orang Papua.

Papua juga indah, kaya, dan surga yang tertinggal; oleh sebab itu perlu memajukan Papua sehingga menjadi Surga yang Tetap Indah.

Papua adalah Kita, Kita adalah Papua

Opa Jappy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun