Mohon tunggu...
Rahman
Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Menulis apa yang saya suka, siapa tahu kamu juga suka. Twitter: @oomrahman.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Prancis Tidak Perlu Meyakinkan Anda untuk Bisa Tampil di Laga Final

15 Juli 2018   03:04 Diperbarui: 15 Juli 2018   08:33 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perancis mengincar juara Piala Dunia kedua mereka. Foto: FIFA.com.

Dikutip dari buku Simulakra Sepak Bola, pragmatisme berasal kata bahasa Yunani "pragma" punya arti perbuatan atau tindakan. Ini menyoal benar/salahnya teori dan gagasan hanya bisa diketahui setelah terbukti membawa hasil bagus.

Pragmatisme sepak bola bukan soal main bertahan, tapi menggunakan taktik apapun (selagi sah) yang diyakini sepenuh hati membuahkan kemenangan. Brasil pragmatis dengan jogo bonito membuahkan lima juara Piala Dunia, Spanyol dengan tiki-taka bermuara kejayaan 2008-2012, Italia dengan cattenacio, dll.

Deschamps jelas punya sumber daya pemain mumpuni untuk menciptakan tim Prancis menghibur dengan operan pendek cepat nan racak, gocekan magis berkat olah bola nomor satu yang semua orang tahu, dan berhilir hasil akhir gelontoran banyak gol. 

Melimpahnya opsi pemain Deschamps bisa tergambarkan bahwa sejak melatih timnas pada 2014 hanya ada enam dari gerbong pemain Piala Dunia 2014 dan sembilan pemain dari skuat Euro 2016 yang tersisa di tim. Hanya kapten Hugo Lloris, Griezmann, Giroud, Matuidi, dan Paul Pogba di skuat saat ini yang tampil pada dua turnamen terdahulu.

Dengan rataan umur skuat 26 tahun, biarkan Deschamps menunjukkan pragmatisme demi bintang kedua di atas logo ayam jantan. Marcell Desailly mengenal pragmatisme rekan sejawatnya itu sebagai wujud perjuangan mengeluarkan yang terbaik di setiap situasi, melengkapi ketangguhan dan wawasan luasnya memimpin secara utuh.

Dia plot Pavard yang kesehariannya sebagai bek tengah di Stuttgart sebagai fullback kanan Les Bleus. Bek 22 tahun ini melanjutkan performa ciamik di klub dengan capaian pertahanan terbaik kedua di Bundesliga musim lalu.

Koleganya di sisi kiri pertahanan, Lucas Hernandez jelas terbiasa pakem serupa setelah sepanjang musim ditempa cholismo di Atletico Madrid. Jenaka mengingat Hernandez diomeli Griezmann karena masih saja meminta bola di sepertiga akhir lapangan karena tengah unggul 4-2 dari Argentina. 

Sedangkan Umtiti dan Raphael Varane menjadi duet jantung pertahanan kombinasi tim El Clasico paling menarik, setelah Sergio Ramos dan Gerard Pique mendapati Spanyol tidak lagi sama.

Pragmatisme tambah wajar tatkala lini tengah diisi N'Golo Kante, gelandang bertahan terbaik di dunia sejak 2015. Bersamanya, Paul Pogba tampak serius, tidak banyak dab, karena ada dua gol Prancis berbuntut dari curian bolanya. Ketika keduanya memulai laga bersama, Prancis tidak pernah kalah dalam 18 laga.

Matuidi tampil bagus saat tim bertransisi dengan ataupun tanpa bola, memberi rasionalitas mengapa dia terus ada di tim rezim Deschamps. Giroud tampil seksi secara fisik, mental, dan permainan. Memberi ketahanan penguasaan bola, menyajikan ruang eksploitasi memanjakan kecepatan Mbappe dan kecerdikan Griezmann.

Ajaran cholismo Diego Simeone juga yang memungkinkan Griezzi menempel Messi dan Hazard di masing-masing laga. Menyimak kiprah mereka, maka jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun