Mohon tunggu...
Ony Jamhari
Ony Jamhari Mohon Tunggu... profesional -

Ony Jamhari adalah Entrepreneur, Travel Writer, and Educator FB Page: Travel with Ony Jamhari Instagram and Twitter: @ojamhari or @alsjuice

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Golden Gate di Gunung Daedun, Korea Selatan

15 April 2014   03:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan ke gunung Daedun adalah perjalanan pertama saya di Korea Selatan. Gunung Daedun atau lebih sering di sebut Daedunsan Provincial Park; (bahasa Korea “san” berarti gunung) terletak di propinsi Jeollabuk-do tepatnya tiga jam perjalanan dari kota Seoul. Sayang sekali tidak ada transportasi langsung dari kota Seoul ke gunung ini. Anda harus naik bus atau kereta api ke kota Daejeon kemudian menyambungnya dengan bis dari Daejeon ke Daedunsan.

Gunung ini tidak begitu terkenal dibandingkan dengan gunung-gunung lain di Korea seperti Seoraksan, Jirisan, maupun Hallasan. Namun demikian hal ini tidak menyurutkan niat saya untuk pergi ke gunung ini. Ramalan cuaca mengatakan bahwa cuaca tidak begitu bagus “mendung” pada hari Minggu, 13 April 2014 dengan suhu udara sekitar enam belas (16) derajat celcius. Setiap Anda pergi ke mana saja di Korea pastikan bahwa Anda melihat jadwal cuaca. Hal ini akan sangat membantu Anda untuk menikmati perjalanan Anda.

[caption id="attachment_331680" align="aligncenter" width="598" caption="Geumgang Bridge "][/caption]

Jalanan di kota Daejeon masih lenggang ketika saya keluar dari apartemen saya pada jam enam pagi. Saya naik bis kota umum menuju terminal Seobu Si Wae yang berjarak kurang lebih 30 menit perjalanan. Sesampainya di bis terminal saya masih harus menunggu bis yang akan membawa saya ke Daedunsan. Saya gunakan waktu tersebut untuk membaca lagi melalui internet mengenai Daedunsan. Gunung ini tidak terlalu tinggi, kira-kira 870 meter dari permukaan air laut. Ada banyak puncak di sana. Gunung ini sangat indah karena batu-batuan yang menjulang tinggi ke langit.

Tidak lama menunggu kemudian bis datang. Ternyata bis ini masih bis dalam kota. Di seluruh Korea tarif bis kota sama sekitar KRW 1.200 atau Rp. 12.000. Belum banyak orang yang saya jumpai di bus kota. Mungkin hari ini tidak banyak yang akan pergi ke gunung karena cuaca mendung. Perlu waktu sekitar satu jam untuk sampai di terminal bis Daedunsan. Hujan rintik-rintik ketika saya keluar dari bis. Saya harus menunggu selama kurang lebih dua jam sebelum memutuskan untuk naik. Saya gunakan waktu tersebut untuk makan odeng, sate ikan dan minum kopi di sebuah warung di dekat terminal bis.

[caption id="attachment_331682" align="aligncenter" width="622" caption="Jajanan Pagi Sebelum Naik Gondola "]

13974804811587526831
13974804811587526831
[/caption]

Di situ sudah ada beberapa orang yang siap naik gunung juga. Saya beranikan diri untuk mengobrol dengan mereka. Orang-orang ini sangat tertarik ketika saya menjelaskan betapa sulitnya mendaki gunung di Indonesia. Kita perlu teman dan guide karena kondisi alam yang berbeda. Selain itu gunung-gunung di Indonesia juga tinggi-tinggi. Di Korea Selatan naik gunung relatif sangat mudah karena tidak terlalu tinggi, sudah ada jalan yang dibuat khusus, dan di beberapa gunung juga ada gondola yang bisa membawa kita ke atas. Kita tidak pernah takut untuk tersesat.

Mereka semua mengajak saya untuk bergabung dengan mereka untuk mendaki hari ini. Hanya saya sudah berencana akan naik gondola dan tidak akan mendaki bersama mereka karena harus kembali ke Daejeon sebelum pukul tiga sore. Salah satu mengapa saya suka naik gunung di Korea adalah tidak perlu waktu berhari-hari. Satu haripun cukup. Tidaklah heran di Korea hampir semua orang khususnya pekerja sangat menikmati olahraga ini dan pergi pada akhir minggu.

Hujanpun kemudian berhenti dan saya langsung menuju tempat gondola. Dari terminal bis saya perlu berjalan kira-kira 1.5 km ke gondola.  Udara begitu segar sesudah hujan turun pagi hari tersebut. Beberapa orang masih asyik minum kopi, teh, atau makoli (seperti tape di Indonesia) sebelum mereka naik ke gondola. Tiket seharga KRW 8.000 atau sekitar Rp. 80.000 saya bayar untuk naik dan turun. Sesudah mengantri cukup lama akhirnya saya dapat giliran naik bersama kurang lebih lima puluh orang.

[caption id="attachment_331684" align="aligncenter" width="614" caption="Pemandangan Pagi dari atas Gondola "]

1397480574875705003
1397480574875705003
[/caption]

Dari atas gondola, saya bisa melihat pemandangan di bawah yang luar biasa indahnya. Pohon-pohon dengan bunga dan daun berwarna-warni terhampar di depan saya. Minggu ini adalah minggu terakhir Cherry Blossom di Korea. Warna putih pohon Cherry berbaur dengan pohon-pohon lain seperti Royal Azalea yang berwarna merah muda, dan juga pohon Maple yang berwarna hijau dan merah membuat hati saya “berbungga-bungga”.  Hampir semua orang yang berada di dalam gondola sibuk mengabadikan keindahan ini dengan kamera mereka.

Akhirnya saya sampai di observatory area. Pemandangan di kanan dan kiri saya juga tidak kalah indahnya. Batu-batuan yang menjulang tinggi ke langit yang menjadi ciri khas gunung ini berdiri kokoh di hadapan saya. Bagi yang suka panjat tebing, tempat ini juga menjadi tempat favorit mereka. Nampak di kejauhan saya melihat para pemanjat sedang sibuk menyiapkan diri untuk mulai panjat tebing. Setelah puas dengan melihat pemandang ini saya melanjutkan  perjalanan menuju puncak Macheondae yang berjarak kurang lebih satu (1) km dari tempat ini.

[caption id="attachment_331686" align="aligncenter" width="614" caption="Para Pemanjat Tebing "]

13974808771188896461
13974808771188896461
[/caption]

Sebelum menuju ke puncak ada dua tempat favorit yang selalu dikunjungi oleh pengunjung yaitu Geumgang Cloud Bridge dan Samseon Stairway. Geumgang Cloud Bridge ataudikenal dengan nama Suspension Bridge merupakan jembatan yang dibangun di antara dua puncak Imgeumbawi (batu raja) dan Ipseokdae (batu berdiri). Warnanya merah dan memanjang sekitar lima puluh (50) meter dengan lebar sekitar satu (1) meter berdiri di ketinggian 81 meter. Ingatan saya langsung ke “Golden Gate Bridge” di San Francisco.

Ada rasa gemetar ketika melewati jembatan ini. Namun demikian pemandangan di bawah sungguh sangat indah. Hamparan warna-warni pepohonan dan pakaian para pendaki menambah suasana pagi tersebut menjadi lebih segar. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua belas (12) siang dan sayapun memutuskan untuk beristirahat untuk makan siang dengan bekal yang saya bawa. Sebenarnya di puncak ini terdapat restauran dan juga warung makan. Jadi tidak perlu kawatir jika kita tidak membawa perbekalan.

[caption id="attachment_331685" align="aligncenter" width="622" caption="Suasana Makan Siang di atas "]

13974806491916544419
13974806491916544419
[/caption]

Harganya juga tidak berbeda jauh dibandingkan jika kita beli di restauran yang berlokasi di bawah gunung. Sambil makan, saya mengamati beberapa pendaki yang baru saja keluar dari gondola. Ingatan saya melayang ke bumi Papua, Indonesia. Dua belas (12) lalu saya sempat bekerja di sebuah perusahaan tambang di sana. Setiap hari saya harus naik kereta gantung untuk mengajar di beberapa lokasi yang sudah ditentukan. Ketinggian di sini tidak seberapa dengan ketinggian di sana. Mungkin ada baiknya jika di beberapa gunung di Indonesia juga dibuat kereta gantung sehingga akan memudahkan para pendaki atau siapa saja yang tertarik untuk berwisata di gunung.

Sesudah istirahat makan siang saya lanjutkan untuk naik ke puncak Macheondae. Ada dua jalur yang bisa ditempuh oleh pendaki yaitu jalur biasa dan jalur melalui tangga Samseon. Di sinilah kita ditantang untuk menguji nyali kita. Tangga Samseon berjumlah lebih dari 60 tangga dan memanjang sekitar 30 meter dengan tingkat kemiringan 180 derajat. Saya sendiri memutuskan untuk tidak naik tangga ini karena takut tergelincir. Saya lanjutkan untuk mengunakan jalur biasa untuk menuju puncak Macheondae.

[caption id="attachment_331687" align="aligncenter" width="605" caption="Samseon Stairs "]

13974810271794291565
13974810271794291565
[/caption]

Perlu waktu kurang lebih satu jam untuk sampai di puncak Macheondae. Jalanan berbatuan, tebing-tebing yang curam, dan hijaunya warna daun  adalah hal yang sangat menarik untuk dilihat sebelum menuju puncak. Tepat jam dua siang akhirnya saya sampai di sana. Hampir setengah jam saya menikmati keindahan puncak Macheondae sebelum memutuskan kembali ke kota Daejeon. Saya sangat merekomendasikan Anda untuk pergi ke Daedunsan ketika berkunjung ke Korea.

Daejeon, 15 April 2014; terima kasih kepada  Lee Eng Ho mahasiswa saya yang sudah membuat jadwal perjalanan. FB Page Travel with Ony Jamhari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun