Mohon tunggu...
Onessimus Febryan Ambun
Onessimus Febryan Ambun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Sarjana Filsafat IFTK Ledalero-Flores

Benedictvs Dominvs Fortis mevs qvi docet manvs meas ad proelivm digitos meos ad bellvm

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Etika Stoicisme: Ketenangan Orang Bijak

27 Agustus 2022   22:21 Diperbarui: 27 Agustus 2022   22:33 1767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zeno dari Kition - Pendiri Mahzab Stoa (Sumber gambar: Thecollector.com)

Jadi, bagi kaum Stoa, kebebasan terletak dalam kesadaran bahwa semua yang ada, berada di bawah keniscayaan alam semesta serta dalam memahami keniscayaan itu sebagai hukumnya sendiri, manusia yang telah menjadi bijaksana dengan menerima takdirnya sama seperti ia menerima bahwa ia tumbuh dan menjadi dewasa.

Filsafat Stoa mengungkapkan cita-cita kebahagiaan sebagai cita-cita autarkia. Autarkia berarti bahwa manusia sama sekali berdiri pada dirinya sendiri (kemandirian). Dalam menyatu dengan seluruh realitas, manusia tidak tergantung lagi pada apapun di luarnya.

Manusia yang autark menikmati ataraxia dan apathia: dua keadaan yang bebas dari kebingungan, keterkejutan, keresahan, dan bebas dari penderitaan. 

Nikmat atau merasa sakit baginya sama saja. Dua keadaan itu bukanlah keadaan psikologis yang dinikmati orang yang secara bijaksana menghindari kesusahan hidup, melainkan sikap mental yang kuat, yang bertekad menyatu dengan hukum alam. Dengan demikian manusia dapat mencapai kebahagiaan.

Etika Stoa dicirikan oleh peran kehendak. Stoa tidak mencari perasaan nikmat, tetapi perasaan bahagia. Baginya kebahagiaan terletak dalam keutamaan moral sendiri, dalam tekad kehendak untuk melakukan kewajiban. Stoicisme adalah etika pertama yang menempatkan istilah kewajiban pada pusatnya. 

Bagi Stoa, tindakan yang baik dalam arti moral bukan tindakan yang asal saja secara obyektif sesuai dengan hukum alam, melainkan yang dilakukan demi hukum alam.

Ho Shopos: Si Bijaksana

(Sumber gambar: Dailysabah.com)
(Sumber gambar: Dailysabah.com)

Cita-cita Stoa adalah menjadi Ho Sophos, si Bijaksana. Orang yang bijaksana berarti berarti orang melakukan keutamaan. Keutamaan bagi Stoa terdiri dalam kesadaran akan kewajiban; ia menuntut agar manusia menyangkal diri, melepaskan diri dari segala ketergantungan kepada benda-benda duniawi. 

Berhadapan dengan kewajiban akal budi, nilai-nilai duniawi tidak berarti apa-apa. Stoa menekankan bahwa manusia harus bersikap keras terhadap dirinya sendiri. Manusia harus menaklukkan hawa nafsu dan kecondongan rendah. Ia harus menyatukan diri pada akal budi ilahi seutuhnya.

Cita-cita kebijaksanaan merupakan inti etika Stoa. Manusia bijaksana adalah manusia yang menyangkal diri dari nilai-nilai duniawi dan menyatukan diri dengan logos, akal budi ilahi. Ia telah mengalahkan hawa nafsu dan dorongan irasional. Ia bahagia karena mengetahui diri berada dalam keselarasan sempurna dengan hukum ilahi yang meresapi seluruh alam semesta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun